Rabu 04 Nov 2020 16:12 WIB

27 Kabupaten/Kota di Jabar Siaga I Peningkatan Bencana

Status siaga 1 dalam menghadapi potensi bencana hidrometerologi berlaku 6 bulan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meninjau pasukan saat apel Kesiapsiagaan Antisipasi Bencana Alam di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Rabu (4/11/2020). Apel gabungan yang diikuti TNI, Polri, BPBD, PMI, SAR, Relawan tersebut untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana memasuki perubahan iklim di wilayah Jawa Barat.
Foto: ANTARA/M Agung Rajasa
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meninjau pasukan saat apel Kesiapsiagaan Antisipasi Bencana Alam di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Rabu (4/11/2020). Apel gabungan yang diikuti TNI, Polri, BPBD, PMI, SAR, Relawan tersebut untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana memasuki perubahan iklim di wilayah Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Ridwan Kamil menetapkan status siaga satu bencana untuk wilayah Provinsi Jawa Barat (Jabar). Penetapan itu dilakukan berdasarkan kondisi cuaca ekstrim yang dapat terjadi.

Menurut Ridwan Kamil, status siaga 1 dalam menghadapi potensi bencana hidrometerologi berlaku hingga enam bulan ke depan. Yakni, dari November 2020 sampai Mei 2021. 

"Musim penghujan, potensi badai La Nina, banjir dan longsor diprediksi akan datang silih berganti. Menambahi ujian kepada kita yang sedang dilanda pandemi covid dan krisis ekonomi," kata Emil sapaan akrab Ridwan Kamis, Rabu (4/11). 

Karenanya, Jawa Barat bersama 27 Kota/Kabupaten mencanangkan siaga bencana dari November hingga Mei. Semua personil siaga 1, BPBD, TNI, Polri, PMI dan semua relawan-relawan lainnya.

Emil menjelaskan, potensi badai La Nina yang akan hadir membawa dampak pada naiknya gelombang laut. Sehingga potensi tsunami, banjir dan lain-lain harus disikapi dengan siaga satu. 

"Ini jawaban yang kita berikan, agar 27 daerah bersiaga karena memang tingkat kebencanaan meningkat di akhir tahun sampai awal tahun. Kita tahu, Di awal tahun 2020 terjadi banjir besar di Jabodetabek," katanya.

Sehingga, kata dia, Pemprov Jabar mencoba memitigasi dan berikhtiar berharap tahun ini tidak terjadi atau berkurang potensi kebencanaannya. 

"Nah, apel siaga dilakukan di 27 daerah dipimpin kepala daerah masing-masing. Menandakan kita waspada," katanya. 

Peralatan, kata dia, disiapkan dari mulai teknologi mencari korban bencana, mengobati, dapur umum dan alat canggih yang bisa mengonversi air kotor bisa diminum, drone bawah air, pelampung yang bisa diatur remote dan lain-lain.

"Saya sudah perintahkan, simulasi penyelamatan tsunami harus segera dilakukan di selatan Jabar. Masyarakat harus paham, harus tahu. Dan. Kalau terjadi, early warning system, sudah harus tahu. Kepala BPBD harus lakukan simulasi," katanya.

Penanaman pohon pun, kata dia, harus terus dilakukan. Pemprov Jabar, ada program 50 juta pohon sudah berlangsung di akhir tahun yang dimaksimalkan di daerah kritis yang kalau hujan punya potensi mengalirkan air berlebih, banjir di daerah hilir.

"Semata-mata kami ingin menyiasati takdir. Kebencanaan memang takdir, tapi kita harus menjadi masyarakat yang  bisa bersiasat dengan takdir. Salah satunya selalu bersiap. Masterplan jabar tangguh bencana kita punya. Itu akan berkonsekuensi pada anggaran yang akan kita perbanyak," paparnya.

Sehingga, kata dia, Jabar mulai tahun ini dan seterusnya menjadi provinis yang jauh lebih siap menghadapi bencana. Jadi kesiagaan ini berbanding lurus dengan prediksi badan meteorologi, bahwa akan ada curah hujan lebih banyak dan lebih ekstrem.

"Sehingga kita menetapkan kesiagaan itu dari November sampai Mei. Hampir setengah tahun, enam bulan ke depan," tegasnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement