Rabu 04 Nov 2020 11:20 WIB

Apa Jadinya Kalau Trump Menang? Ini Jawaban Ekonom

Akan ada sejumlah perbedaan kebijakan jika Biden menang Pilpres AS.

  Debat Capres AS antara capres petahana Amerika Serikat ( AS) Donald Trump dan penantangnya Joe Biden.
Foto: AP/Morry Gash/AP Pool
Debat Capres AS antara capres petahana Amerika Serikat ( AS) Donald Trump dan penantangnya Joe Biden.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ekonom INDEF Dradjad WIbowo memperkirakan tidak akan dampak spesifik Pilpres Amerika Serikat dengan Indonesia. Namun dampaknya akan lebih bersifat global.

“Dampaknya dari sisi pandemi Covid-19. Jika Trump yang menang maka penanganan pandemi di AS akan sama seperti sekarang,” kata Dradjad.

Jika tetap Trump maka penanganannya akan seperti sekarang, yang mengabaikan ilmu pengetahuan. Penanganannya akan lebih mementingkan ekonomi dengan berbagai risikonya, sehingga pandemi Covid-19 akan semakin lama, semakin susah akan ditangani secara global.

Jika Joe Biden yang terpilih, lanjut Dradjad, maka setelah Januari 2021, penanganan pandemi AS akan lebih mengedepankan ilmu pegetahuan. Dengan begitu, menurut Dradjad, pelan-pelan penanganan Covid-19 di AS akan lebih tertangani, sehingga potensi penularan global akan lebih tertangani.

Terkait dengan efek ekonomi Pilpres AS, menurut Dradjad, karena AS ekonominya salah satu terbesar di dunia. Kalau perekonomian AS terkena masalah maka perekonomian dunia juga akan terpengaruh.

Jika Trump kembali menang maka ekonomi AS juga belum tentu pulih, dan sakitnya ekonomi AS akibat pandemi Covid-19 juga akan semakin panjang. “Karena Trump kurang peduli dengan penanganan pandemi COvid-19,” ungkap dia.

Kalau Joe Biden yang menang, Dradjad memperkirakan Biden akan lebih fokus menangani pandemi. Ekonomi AS awalnya akan drop tajam terlebih dahulu, namun setelah itu akan pulih kembali dengan cepat.

Selain itu, jika Trump yang menang maka perang dagang AS dengan China akan kembali berlanjut. Jika Biden yang menang, maka bukan perang dagang yang terjadi, namun friksi dagang. “Tetapi akan ada friksi dagang yang keras dengan China, namun lebih terstruktur dan substantif,” papar Ketua Dewan Pakar PAN ini.

Dari sisi geopolitik dan militer, persaingan AS dengan China akan tetap tinggi. Isu Taiwan, Laut China Selatan akan tetap krusial. Siapapun yang menang Pilpres AS maka mereka tetap akan menarik-narik berbagai negara di Asia, termasuk Indonesia, untuk menghadapi China.

Dari berbagai dampak tersebut, menurut Dradjad, tidak akan ada dampak khusus Pilpres AS yang berlaku di Indonesia. “Semuanya akan berefek global,” ungkapnya.

Dengan kondisi ini, kata Dradjad, tinggal bagaimana kecerdikan Indonesia dalam menggunakan diplomasi untuk memanfaatkan sebesar-besarnya dari perubahan kebijakan AS, yang muncul akibat Pilpres AS.

Dicontohkannya dari sisi ekonomi, jika Trump menang maka perang dagang akan tetap berlangsung. Selama ini Indonesia tidak banyak mendapatkan manfaat dari perang dagang ini. sementara Vietnam bisa mendapatkan manfaat maksimal. “Indonesia harus dapat manfaat maksimal dari Trump,” kata Dradjad.

Kalaupun nanti geser ke friksi dagang jika Biden menang, menurut Dradjad, kondisinya pun sama. Walaupun nanti akan lebih banyak di WTO, namun Indonesia punya banyak peluang, karena friksi dagang China dan AS akan keras sekali.

Dari sisi militer dan geostrategis, kata Dradjad juga banyak peluang yang bisa dimanfaatkan Indoensia. AS maupun China membutuhkan lebih banyak teman, sehingga Indonesia sebagai negara nonblok, harusnya bisa memaksimalkan manfaat dari gesekan AS dengan China.

Begitu juga rencana Biden bergeser dari minyak. Jika Trump menang maka minyak akan terus menjadi primadona AS, sementara Biden akan bergeser dari minyak. Maka akan ada efek terhadap harga minyak di pasar global.

Indonesia yang bukan lagi sebagai produsen minyak raksasa harus pandai memanfaatkan peluang dari kebijakan perminyakan AS. Jangan sampai Indonesia justru menjadi korban.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement