Selasa 03 Nov 2020 18:35 WIB

Pemungutan Suara di AS Dimulai, Trump atau Biden?

Antusiasme pemilih diperkirakan akan jauh lebih tinggi dari pemilu sebelumnya.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
 Seorang penduduk Washington, DC memberikan suara di tempat pemungutan suara di dalam Union Market di Washington, DC, AS, 02 November 2020. Berbicara pada hari Minggu, Presiden AS Donald J. Trump berkata,
Foto: EPA-EFE/SHAWN THEW
Seorang penduduk Washington, DC memberikan suara di tempat pemungutan suara di dalam Union Market di Washington, DC, AS, 02 November 2020. Berbicara pada hari Minggu, Presiden AS Donald J. Trump berkata,

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Warga Amerika Serikat (AS) mulai memberikan suara untuk mengakhiri kampanye politik tahun ini yang getir dan memecah belah. Presiden AS Donald Trump berusaha mengalahkan penantangnya mantan wakil presiden Joe Biden untuk menduduki Gedung Putih empat tahun lagi.

Kampanye pemilihan umum tahun ini dilakukan di tengah pandemi virus Corona yang telah menewaskan 230 ribu warga AS dan membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan. Pada saat yang sama Amerika juga diguncang gelombang unjuk rasa ketidakadilan rasial terhadap masyarakat kulit hitam.

Baca Juga

Biden menggunakan kegagalan Trump dalam menanggulangi pandemi sebagai tema utama kampanyenya. Ia berjanji meningkatkan upaya penanggulangan wabah Covid-19, memperbaiki perekonomian dan menjembatani perpecahan politik.

Dalam beberapa bulan terakhir Biden selalu unggul di jajak pendapat. Tetapi Trump dapat meraih kemenangan di negara bagian yang menentukan sehingga meraih suara mayoritas di Electoral College.

Trump berhasil mengalahkan Hillary Clinton pada 2016 walaupun ia kalah 3 juta suara karena memenangkan Electoral College. Ketidakpastian dan kemungkinan gugatan hukum memicu kecemasan hasil pemilu.

Sejumlah kota sudah menjaga gedung-gedung untuk mengantisipasi unjuk rasa termasuk di Gedung Putih dan New York City. Polisi mengatakan pusat perbelanjaan terkenal Rodeo Drive di Beverly Hills, California ditutup.

Pada Selasa (3/11)  U.S. Elections Project dari University of Florida mengumumkan hingga Senin (2/11) malam mereka mencatat sudah lebih dari 99 juta suara yang dikirimkan melalui surat atau dibawa langsung ke petugas suara. Jumlah ini sekitar 76 persen dari seluruh partisipasi pemilih dalam pemilu 2016 dan mewakili 40 persen dari warga AS yang memiliki hak pilih.

Rekor ini tidak hanya menunjukkan antusiasme masyarakat dengan pemilihan tahun ini. Tetapi juga memperlihatkan kekhawatiran mereka untuk memberikan suara di hari pemungutan suara sementara pandemi masih berlangsung.

Beberapa bulan terakhir Trump mempertanyakan integritas pemilu. Ia mengklaim metode mengirimkan suara melalui surat dapat dicurangi dengan mudah. Ia juga berjanji tidak akan menyerahkan kekuasaan dengan damai bila kalah.

Trump juga mengatakan seharusnya hanya suara yang dihitung pada malam pemilihan yang dianggap sah. Walaupun banyak negara bagian yang membutuhkan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu untuk menghitung seluruh suara.

Pemungutan suara ini juga memutuskan partai politik mana yang akan menguasai Kongres dua tahun kedepan. Partai Demokrat berusaha keras untuk merebut kekuasaan di Senat dan berharap mempertahankan kendali di House of Representative.

Tempat pemungutan suara pertama akan dibuka pada Selasa 3 November pukul 06.0 pagi Eastern Standard Time (EST) atau 18.00 WIB. Trump ingin mempertahankan posisinya di Gedung Putih setelah periode pertama yang penuh gejolak. Terutama karena pandemi virus korona serta krisis ekonomi yang dipicu kebijakan karantina nasional.

Masa jabatan Trump juga diwarnai pemakzulan, penyelidikan terhadap intervensi Rusia, ketegangan rasial dan kebijakan imigrasi yang keras. Pada Senin kemarin Trump menggelar lima kampanye sebelum akhirnya pulang ke Washington pada pukul 02.30 pagi EST. Di hari pemungutan suara Trump diperkirakan akan menghabiskan harinya di Gedung Putih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement