Selasa 03 Nov 2020 07:58 WIB

Camat Baru Tahu Pekerjaan Pembakaran Bus Besar Transjakarta

Asap pembakaran bus dikhawatirkan mengganggu pasien Rumah Sakit Karya Bhakti.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Erik Purnama Putra
Seseorang mengawasi bangkai bus Transjakarta berwarna oranye di lahan kosong di Jalan Raya Dramaga KM 7, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Foto: Republika/Erik Purnama Putra
Seseorang mengawasi bangkai bus Transjakarta berwarna oranye di lahan kosong di Jalan Raya Dramaga KM 7, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga sekitar lahan kosong di Jalan Raya Dramaga KM 7, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ternyata mengeluhkan aktivitas pekerja yang membakar bus Transjakarta. Pantauan Republika di lokasi pada Senin (2/11) siang WIB, terlihat sejumlah pekerja sedang melakukan pembelahan atau pembongkaran bus di lahan kosong Desa Dramaga. Pekerjaan tersebut tampak terbagi dua, antara bus berukuran besar dan kecil.

Ratusan bus berwarna oranye yang sudah lapuk dan berkarat tampak berjejer di lahan seluas hampir dua hektare tersebut. Ditambah lagi dengan banyaknya rongsokan besi, mesin bus, pecahan kaca, ban-ban besar, serta bangku-bangku bus berserakan di tanah yang becek membuat suasana tidak nyaman langsung terasa.

Camat Dramaga, Ivan Pramudia, menyampaikan, beberapa waktu sebelumnya, asap membumbung tinggi dari lokasi kuburan 'bangkai' bus Transjakarta tersebut. Warga klaster Pakuan Regency yang lokasinya tidak jauh dari lokasi pembakaran bus menyampaikan keluhan kepada aparat desa dan kecamatan.

Ivan mengaku, pihak kecamatan belum mengetahui jika ada pekerjaan pembelahan bus. Pun, ia juga tidak tahu jika ada proses penghancuran bus besar dan kecil dilakukan secara berbeda. “Yang saya tahu, kemarin pembakaran itu dari pekerjaan bus besar, kalau yang bus kecil atau pekerjaan baru saya baru tahu,” kata Ivan ketika dihubungi Republika, Senin malam WIB.

Untuk itu, Ivan menugaskan staf kecamatan memantu lokasi pemotongan bus pada Selasa (3/11). Dia menjelaskan, sejauh ini, belum ada laporan lain dari warga jika ada aktivitas yang mengganggu terkait pekerjaan mandor dan tukang yang membelah bus, termasuk asap tebal seperti sebelumnya.

Apalagi, lokasi pembelahan bus tersebut terletak di seberang Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi yang berpotensi membuat pasien tidak nyaman dengan asap hitam dari pembakaran bus.

Menurut Ivan, hingga saat ini, belum diketahui juga siapa pemilik lahan kosong yang dipakai oleh PT Adi Tehnik selaku pemilik ratusan bus tersebut. Berdasarkan kondisi yang dilihat Ivan, diperkirakan, tanah tersebut disewa untuk menyimpan bus-bus bekas itu.

“Yang saya tahu itu lahan pribadi yang disewakan, cuma saya belum tahu itu punya siapa. Yang saya lihat sepertinya disewakan kepada PT Adi Tehnik untuk menyimpan bus bekas di situ,” ucap Ivan.

Pada Senin, seorang mandor bernama Fachrul Rozi atau Oji menjelaskan, sesudah dibelah, rangkaian besi dan mesin bus Transjakarta yang sudah rusak itu dibawa ke sebuah kawasan Jalan Raya Bekasi, di Cakung, Jakarta Timur, untuk didaur ulang. “Semuanya setelah kita potong-potong, nanti akan dibawa ke peleburan untuk diolah kembali,” ujar ketika ditemui di lokasi.

Sejauh ini, Oji mengatakan, para pekerjanya telah membelah sekitar 20 armada bus dalam waktu sepekan. Setidaknya, ada ratusan pekerja yang bekerja bersamanya. Namun, Oji tidak memperinci berapa jumlah pekerjanya.

Untuk membelah satu bus, sambung dia, diperlukan empat orang pekerja. Saat ini, Oji mengatakan, kurang lebih masih ada 222 unit bus yang masih belum dikerjakan. Namun, Oji dan timnya hanya bekerja untuk membelah atau membongkar bus Transjakarta yang berukuran kecil dengan bangku plastik. Sementara, di sisi lain, ada pekerja dari pihak lain yang bertugas untuk mengerjakan bus berukuran panjang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement