Selasa 03 Nov 2020 06:24 WIB

Pembangunan KA Listrik Yogya-Klaten Masuki Tahap Akhir

Rencananya, 10 November 2020 mendatang jalur akan diresmikan.

Rep: wahyu suryana/ Red: Hiru Muhammad
Petugas memasang kabel jaringan jalur KRL di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta, Kamis (23/7). Jalur kereta listrik yang menelan anggaran mencapai Rp 36 miliar ini diprediksi bisa selesai lebih cepat. Saat ini tahapan yang dikerjakan yakni pengerjaan jalur listrik aliran atas (LAA). Imbas pandemi Covid-19, membuat pengerjaan konstruksi lebih cepat karena pembatasan operasional kereta jarak jauh.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Petugas memasang kabel jaringan jalur KRL di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta, Kamis (23/7). Jalur kereta listrik yang menelan anggaran mencapai Rp 36 miliar ini diprediksi bisa selesai lebih cepat. Saat ini tahapan yang dikerjakan yakni pengerjaan jalur listrik aliran atas (LAA). Imbas pandemi Covid-19, membuat pengerjaan konstruksi lebih cepat karena pembatasan operasional kereta jarak jauh.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN--PT KAI Daop 6 Yogyakarta melakukan audiensi ke Pemkab Sleman. Pertemuan dilakukan untuk membahas pembangunan program perjalanan kereta api listrik Yogyakarta-Klaten yang saat ini sudah memasuki tahap penyelesaian.

Kepala Daop 6 Yogyakarta, Asdo Artriviyanto mengatakan, pembangunan rel listrik Stasiun Tugu sampai Stasiun Solo Balapan sudah dimulai 21 Juli 2020 dan memasuki tahap penyelesaian. Rencananya, 10 November 2020 mendatang jalur akan diresmikan.

"Pada 10 November Menteri Perhubungan akan soft launching jalur KA rel listrik Yogya-Klaten, akhir Desember baru jalur Yogya-Solo, dan untuk operasional pada 2021 mulai 20 kali perjalanan per hari," kata Asdo, Senin (2/11).

Pembangunan ini sendiri mendukung program strategis nasional untuk mengurangi beban jalan raya. Program ini merupakan yang pertama kalinya di DIY lantaran melihat jalur Yogya-Solo yang memiliki potensi penumpang sangat tinggi.

Awalnya, kapasitas KRL rencananya 200 tempat duduk dengan empat gerbong. Namun, melihat perkembangan diperkirakan bisa mangangkut 800-1.000 penumpang dengan 12 gerbong. KAI akan pula melakukan sosialisasi penertiban jalur perlintasan liar.

Survei KAI menunjukkan penumpang lokal mayoritas naik dari Stasiun Maguwoharjo. Meliputi mahasiswa dan pegawai kantoran karena banyaknya permukiman di wilayah timur dan KA sudah mulai sejak 04.00, sehingga mampu melayani penumpang pagi.

Rencananya, Stasiun Kalasan juga akan dibuka kembali sebagai imbas dari penataan Stasiun Lempuyangan. Sedangkan, operasional KA Prambanan Ekspres (Prameks) mulai 1 Oktober 2020 dilakukan anak perusahaan KAI yaitu PT Kereta Commuter Indonesia (KCI)."Akan mengintensifkan stasiun lokal seperti Kalasan, Maguwoharjo dan Patukan," ujar Asdo.

Bupati Sleman, Sri Purnomo, menyambut baik program KRL tersebut. Ia berharap, persoalan perlintasan tidak resmi dapat segera diselesaikan dengan baik bagi keselamatan masyarakat karena dalam operasionalnya kereta tidak bersuara.

Selain itu, lanjut Sri, frekuensi jumlah kereta api yang melintas tentu semakin bertambah, sehingga penertiban perlintasan jalur KA sangat mendesak dilakukan. Ia berharap, jalur KRL ini dapat menyambungkan dua kota budaya Yogyakarta dan Solo."Diperlukan sinergi dengan jajaran Dinas Perhubungan Sleman untuk memperlancar keberhasilan program KRL, baik segi penertiban perlintasan maupun pengelolaan tata ruang, khususnya dalam pengembangan Stasiun Kalasan," kata Sri.

Turut hadir Manajer Pengamanan Operasional Daop 6 Sardiyono, Manajer Jalan Rel dan Jembatan Daop 6 Yulianto, Manajer Operasi Daop 6 Fitriyadi, dan Manajer Humas Daop 6 Eko Budianto. Lalu, Sekda Sleman Harda Kiswaya dan Plt Kadis Perhubungan Sleman Arip Pramana.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement