Senin 02 Nov 2020 21:13 WIB

Islam Agama Samawi Pertama di Afrika Tengah, Tapi Minoritas

Islam adalah agama minoritas kedua setelah Kristen di Afrika Tengah

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Nashih Nashrullah
Islam adalah agama minoritas kedua setelah Kristen di Afrika Tengah Republik Afrika Tengah
Foto: africannews
Islam adalah agama minoritas kedua setelah Kristen di Afrika Tengah Republik Afrika Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, Islam tiba di Republik Afrika Tengah pertama kali dengan dibawa pedagang budak Arab pada abad ke-17. Hal itu sebagai bagian dari perluasan rute budak di Sahara dan Sungai Nil. Islam masuk terlebih dahulu ke negara di Benua Hitam itu, dibanding agama samawi lainnya.

Mereka mengirim budak ke Afrika Utara atau Selatan, dekat Ubanqui dan Sungai Kongo. Pada Februari 2014, puluhan ribu Muslim melarikan diri dari Republik Afrika Tengah ke Chad karena merasa mereka tidak lagi aman di negeri itu.

Baca Juga

Sensus 2003 menunjukkan sekitar 80 persen penduduk CAR beragama Kristen. Sebagian besar masih mempraktikkan keyakinan tradisionalnya. Umat Islam di CAR terkonsentrasi di CAR bagian utara.

Sesuai namanya, CAR terletak di jantung Benua Afrika. Negara ini berbatasan dengan Chad di barat laut. Di timur berbatasan dengan Sudan, selatan dengan Republik Demokratik Kongo, dan sisi utara berbatasan dengan Kamerun.

CAR dianugerahi Allah SWT dengan banyak sumber daya alam, termasuk emas dan berlian. Menurut imam masjid agung CAR di ibu kota Bangui, Syekh Ibrahim Uthman Mohammad, Islam sampai ke CAR dari kerajaan tetangga, seperti Kerajaan Katim di timur laut Danau Chad dan Kerajaan Bajrmi di daerah Sungai Chari.

Islam disampaikan melalui upaya kerajaan, pertama kali di bagian utara berabad-abad sebelum kedatangan agama Kristen. Sudan dalam hal ini berperan penting karena Islam berkembang di perbatasannya. Namun, kondisi tertentu mengubah mayoritas dari empat juta penduduknya menjadi Kristen. Saat ini, 25 persen penduduk CAR adalah Muslim.

Muslim di sini hidup dengan harmonis dan bebas menjalankan keyakinannya. Negara tidak membatasi gerak komunitas Islam. Hal ini berlaku juga bagi penganut Katolik dan Kristen Protestan.

Muslim berbaur dengan masyarakat dan berkontribusi secara ekonomi meski kebanyakan hidup miskin dan buta huruf seperti mayoritas warga CAR lainnya. Kurangnya dai, imam, dan khatib di sejumlah masjid adalah tantangan utama dakwah di CAR.

Kendala ini membuat masyarakat Muslim tidak peduli atas agamanya sendiri karena ketidaktahuan mereka. Selain itu, sebagian besar Muslim hidup di wilayah terpencil yang sulit dijangkau. 

Muslim juga terancam karena pengaruh gerakan Baha'i dan Freemason yang mencoba masuk dalam komunitas Muslim. Mereka menyebarkan doktrin kekerasan dan merusak.

Meski demikian, gejala diskriminasi Muslim di CAR telah tampak pada era belakangan ini. Sejumlah institusi negara mencoba membatasi keterlibatan Muslim secara ekonomi. Misalnya, Muslim harus melaporkan aktivitasnya di suatu perusahaan..

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement