Senin 02 Nov 2020 19:50 WIB

LIPI Kembangkan Desain Masker Elektrik Bunuh Covid-19

Peneliti LIPI sebut masker bertenaga baterai itu dirancang memiliki filter ganda.

Ilustrasi Covid-19. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang mengembangkan desain masker elektrik untuk membunuh virus corona penyebab Covid-19 saat udara masuk di dalam masker.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang mengembangkan desain masker elektrik untuk membunuh virus corona penyebab Covid-19 saat udara masuk di dalam masker.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang mengembangkan desain masker elektrik untuk membunuh virus corona penyebab Covid-19 saat udara masuk di dalam masker. "Filtrasi kedua kami punya desain khusus sehingga ketika udara yang dihirup itu akan benar-benar terjamin bakteri dan virusnya terbunuh," kata Deni Shidqi Khaerudini, peneliti LIPI yang terlibat dalam pengembangan masker elektrik di Jakarta, Senin (2/11).

Masker bertenaga baterai tersebut dirancang memiliki filter ganda, yakni filter pertama menggunakan tembaga berbentuk kasa atau jaring dengan ukuran mesh, dan filter kedua berbasis sterilizer vortex. Masker yang tidak perlu dicuci itu juga akan menggunakan sinar ultraviolet C (UVC), sehingga bisa menyinari udara yang masuk dan juga membunuh virus dan bakteri.

Baca Juga

"Jadi, ketika sebelum dihirup ibaratnya menjamin bahwa udara yang dihirup benar-benar 'fresh' sudah tidak ada bakteri dan virus," tutur peneliti dari Pusat Penelitian Fisika LIPI itu.

Dengan filter ganda, masker tersebut mengusung konsep "trapping" (menjebak) dan "killing" (membunuh). Ketika udara masuk, virus dan bakteri terjebak atau terperangkap di filter pertama yang berbasis tembaga. Lalu virus atau bakteri akan benar-benar terbunuh di filter kedua.

"Kami buat 'double' (ganda) filtrasi, pertama untuk perangkap si virus dan bakterinya, yang kedua untuk 'killing' (membunuh) bakteri atau virusnya," tutur Deni.

Penyaringan terhadap udara yang masuk ke dalam masker akan menggunakan bantuan elektrostatik untuk membantu menjebak partikel virus dan bakteri. "Jadi kalau si virus atau bakteri tadi tanpa ada bantuan elektrostatik dia bisa lolos, jadi kita 'trapping', makanya nanti harus ada listrik di situ, nanti kita akan tanam baterai, ada baterai lithium ion di maskernya," ujar Deni.

Sinar UVC akan muncul ketika masker digunakan bukan pada saat masker disimpan atau tidak digunakan. Untuk sistem memunculkan sinar UVC tersebut masih dalam konsep yang bisa memanfaatkan sensor khusus atau dibuat dengan menekan tombol tertentu untuk menyalakan.

Masker tersebut dilengkapi dengan baterai, sehingga dayanya dapat diisi ulang sewaktu-waktu dengan alat pengisi daya. Masker dibuat dengan desain sedemikian rupa sehingga lebih ringan dan efektif, namun tetap dalam bentuk kompak atau kokoh.

"Nanti kami kombinasi di dalamnya dengan sinar UVC, tapi tetap kami buat desainnya ekonomis supaya tetap enak dipakai tidak terlalu berat dan juga efektivitas 'killing' (membunuh) bakteri dan virusnya jadi lebih bagus," tutur Deni.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement