Senin 02 Nov 2020 16:35 WIB

Jumlah Penumpang Pesawat Kembali Turun pada September 

Jumlah hari yang lebih sedikit menjadi faktor penyebab kontraksi jumlah penumpang.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Calon penumpang antre untuk check in, di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (26/10/2020). Jumlah penumpang angkutan udara domestik pada September mengalami penurunan 4,60 persen dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi 1,89 juta orang.
Foto: ANTARA/Muhammad Iqbal
Calon penumpang antre untuk check in, di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (26/10/2020). Jumlah penumpang angkutan udara domestik pada September mengalami penurunan 4,60 persen dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi 1,89 juta orang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah penumpang angkutan udara domestik pada September mengalami penurunan 4,60 persen dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi 1,89 juta orang. Ini menjadi kontraksi secara bulanan pertama dalam tiga bulan terakhir.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyebutkan, jumlah hari yang lebih sedikit menjadi faktor penyebab kontraksi tersebut. "Agustus lalu juga masih ada long weekend, di antaranya dalam rangka liburan kemerdekaan Indonesia," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Senin (2/11).

Baca Juga

Di sisi lain, jumlah penumpang penerbangan internasional justru mengalami kenaikan meski tipis. Pertumbuhannya mencapai 9,32 persen menjadi 340 ribu orang pada September. Hanya saja, jika dibandingkan September 2019, masih terjadi kontraksi dalam hingga 97,86 persen (year on year/yoy).

Angkutan kereta api mengalami tren serupa. Jumlah penumpang kereta api pada September mencapai 11,43 juta orang, turun 10,53 persen dibandingkan Agustus yang sebanyak 12,77 juta orang.

Suhariyanto menekankan, jumlah hari sangat memberikan pengaruh pada data tersebut. Sebab, jumlah penumpang kereta api yang dicatat BPS juga menyertakan jumlah penumpang commuter line/Kereta Rel Listrik (KRL). Tidak terkecuali masyarakat yang menggunakan KRL untuk bekerja.

Selain itu, pada dua bulan lalu, sempat terjadi pengetatan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta dan sekitarnya. "Sehingga bisa dipahami, untuk angkutan kereta api yang sebagian besar didominasi KRL, mengalami penurunan pada September," ucap Suhariyanto.

Jumlah angkutan untuk kereta barang juga mengalami penurunan. Penyusutannya tipis, 0,94 persen, menjadi 4,13 juta ton pada September dibandingkan bulan sebelumnya.

Sementara itu, jumlah penumpang di kapal laut berkurang 3,33 persen menjadi 1,06 juta pada September. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, penurunannya lebih dalam, yaitu 46,89 persen. Hanya saja, kontraksinya tidak separah kereta api maupun penerbangan domestik yang masing-masing turun 67,55 persen dan 69,26 persen.

Di sisi lain, kapal barang menunjukkan perkembangan menggembirakan. Jumlah barang yang diangkut naik 3,86 persen dibandingkan Agustus, menjadi 26,58 juta ton pada September. Peningkatan juga tercatat jika dibandingkan September 2018, yaitu sebanyak 3,52 persen.

Suhariyanto menjelaskan, realisasi tersebut sejalan dengan komitmen pemerintah untuk memastikan kelancaran arus logistik. "Pemerintah memastikan, pengiriman barang logistik harus berjalan normal meski dengan tetap menerapkan protokol new normal," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement