Senin 02 Nov 2020 12:41 WIB

Suara Perempuan Menentukan Kemenangan Presiden AS

Perempuan kulit berwarna merupakan basis paling setia Partai Demokrat.

Rep: Dwina Agustin / Red: Nur Aini
 Dalam file foto 2 Oktober 2019 ini, kandidat presiden -Demokrasi Senator Kamala Harris, D-Calif., Mendengarkan selama forum keamanan senjata di Las Vegas. Calon presiden dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden Joe Biden telah memilih Harris sebagai pasangannya.
Foto: AP/John Locher
Dalam file foto 2 Oktober 2019 ini, kandidat presiden -Demokrasi Senator Kamala Harris, D-Calif., Mendengarkan selama forum keamanan senjata di Las Vegas. Calon presiden dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden Joe Biden telah memilih Harris sebagai pasangannya.

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINTON -- Suara perempuan untuk pemilihan presiden di Amerika Serikat (AS) semakin kuat. Mereka menjadi salah satu penentu yang diperebutkan oleh Presiden Pejawat Donald Trump dan pesaingnya Joe Biden. Hal itu menurut Kathryn DePalo-Gould, seorang profesor ilmu politik di Florida International University.

Dalam jajak pendapat yang diterbitkan oleh CNN awal pekan ini, calon dari Partai Demokrat memimpin 61 persen secara nasional di antara perempuan. Sedangkan Trump hanya memperoleh 36 persen.

Baca Juga

Kesenjangan tersebut sebagian didorong oleh perempuan kulit putih yang berpendidikan perguruan tinggi, beberapa di antaranya memilih Trump pada 2016, tetapi berbalik melawannya tahun ini. Namun, menurut jajak pendapat lain, Trump mempertahankan beberapa dukungan, di antara wanita kulit putih tanpa gelar perguruan tinggi.

Trump pun diketahui telah meminta dukungan suara perempuan kulit putih di pinggiran kota. "Aku menyelamatkan lingkunganmu, oke?" dia mengatakan kepada perempuan pinggiran kota di Pennsylvania awal bulan ini. Saat berada di Michigan pada awal pekan lalu, dia bersandar pada seruan seksis dan kuno, "Kami akan membuat suamimu kembali bekerja," ujarnya.

Sementara itu, Biden telah fokus menanggapi secara berbeda terhadap pandemi virus corona, yang secara tidak proporsional memengaruhi perempuan di seluruh AS. Biden juga memilih Senator Kamala Harris sebagai cawapresnya, menjadikannya perempuan kulit hitam pertama dan keturunan Asia-Amerika dalam pertarungan pemilihan presiden.

Kekuatan suara perempuan kulit berwarna pun semakin meningkat. Keterlibatan mereka dalam pemilihan presiden baru-baru ini, termasuk pada tahun 2008 dan 2012, terus menanjak dan kelompok advokasi mengatakan bahwa mereka sangat antusias pada 2020.

Menurut survei Higher Heights for America baru-baru ini terhadap 506 pemilih perempuan kulit berwarna, 75 persen mengatakan lebih termotivasi daripada sebelumnya untuk memberikan suara tahun ini. Sekitar 64 persen mengatakan, perempuan kulit berwarna merupakan basis paling setia Partai Demokrat. 

"Wanita kulit berwarna adalah blok pemungutan suara yang konsisten, tumbuh dan dapat diandalkan," kata presiden dan CEO dari Higher Heights for America, Glynda Carr.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement