Senin 02 Nov 2020 10:37 WIB

PMI Manufaktur Indonesia Naik Tipis ke 47,8 pada Oktober

Ketidakpastian berlangsungnya pandemi menahan permintaan dan aktivitas ekonomi.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Pekerja beraktivitas di konveksi baju di kawasan Tanjung Barat, Jakarta, Jumat (23/10). PMI Manufaktur Indonesia sedikit naik dari posisi 47,2 pada September ke 47,8 pada Oktober. Namun, dengan posisi yang masih di bawah 50,0, data terakhir menunjukkan penurunan lebih jauh pada kondisi kesehatan sektor ini.
Foto: Republika/thoudy Badai
Pekerja beraktivitas di konveksi baju di kawasan Tanjung Barat, Jakarta, Jumat (23/10). PMI Manufaktur Indonesia sedikit naik dari posisi 47,2 pada September ke 47,8 pada Oktober. Namun, dengan posisi yang masih di bawah 50,0, data terakhir menunjukkan penurunan lebih jauh pada kondisi kesehatan sektor ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data survei Purchasing Manager's Index (PMI) terakhir menunjukkan, kondisi sektor manufaktur di Indonesia memburuk pada awal kuartal keempat 2020. Produksi dan permintaan baru menurun kembali di tengah tindakan penanganan berkelanjutan guna mengontrol penyebaran virus Covid-19.

IHS Markit mengumumkan, PMI Manufaktur Indonesia sedikit naik dari posisi 47,2 pada September ke 47,8 pada Oktober. Namun, dengan posisi yang masih di bawah 50,0, data terakhir menunjukkan penurunan lebih jauh pada kondisi kesehatan sektor ini.

Baca Juga

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta dilonggarkan pada pertengahan Oktober sehingga hanya memberikan sedikit dorongan terhadap sektor manufaktur. Volume produksi pun mengalami kontraksi selama dua bulan berturut-turut pada Oktober, meskipun tingkat penurunan mulai berkurang mencapai laju lebih lambat. 

Sama halnya dengan output, arus masuk pesanan baru menurun pada laju lebih lambat. Sementara, permintaan eksternal terus melemah pada laju substansial. 

Para responden menekankan, dampak dari pandemi terus memperburuk kondisi permintaan secara keseluruhan. Dengan melemahnya penjualan dan menurunnya persyaratan produksi, perusahaan menyoroti kapasitas berlebih yang terlihat dari penumpukan pekerjaan yang terus menurun. 

Untuk mengendalikan biaya agar perusahaan tetap dapat bertahan, perusahaan juga terus mengurangi jumlah karyawan pada Oktober. Ketenagakerjaan menurun selama delapan bulan berjalan, dengan pelepasan kerja meningkat sebagaimana redundansi dilaporkan secara besar-besaran di berbagai perusahaan. 

Aktivitas pembelian dan inventaris turut dikurangi menanggapi turunnya penjualan. Namun pembelian input jatuh ke posisi terendah di periode delapan bulan penurunan.

“Produsen barang Indonesia terus berjuang melawan permintaan yang lemah, biaya tambahan yang naik dan pembatasan terkait Covid-19 yang terus berlanjut. Akibatnya, mereka harus mengurangi kapasitas dan investasi agar dapat terus bertahan," ujar Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw melalui keterangan resmi, Senin (2/11).

Ia menyebutkan, jumlah karyawan, pembelian input, dan inventaris semuanya terus dikurangi pada Oktober. Dirinya menambahkan, dampak pelonggaran PSBB pada pertengahan Oktober hanya akan terlihat pada November.

"Namun ketidakpastian berlangsungnya pandemi ini ditambah ketiadaan vaksin yang efektif, dapat menahan permintaan dan aktivitas ekonomi tetap lesu pada bulan-bulan ke depan," jelas Bernard.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement