Ahad 01 Nov 2020 19:50 WIB

Organisasi Muslim New York: Macron Provokasi Muslim

Macron Provokasi Muslim an menyerang langsun ke pribadi Muslim

 Seorang pria memegang poster karikatur Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang menggambarkan dia sebagai setan saat melakukan protes terhadap Prancis di Istanbul, Jumat, 30 Oktober 2020.
Foto: AP/Emrah Gurel
Seorang pria memegang poster karikatur Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang menggambarkan dia sebagai setan saat melakukan protes terhadap Prancis di Istanbul, Jumat, 30 Oktober 2020.

IHRAM.CO.ID, -- Organisasi Muslim di seluruh New York berencana untuk melakukan protes di depan Konsulat Prancis di Manhattan pada hari Ahad (Senin waktu Indonesia), sebagai tanggapan atas pernyataan baru-baru ini oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam perselisihan tentang kartun Nabi Muhammad.

"Presiden Prancis Emmanuel Macron secara langsung memprovokasi dunia Muslim dalam mendukung penggambaran ofensif dan vulgar dari Nabi Muhammad (SAW) tercinta," kata Dewan Kepemimpinan Islam New York dalam siaran pers. SAW adalah singkatan dari "saw."

"Selain itu, dia  terus meneror secara langsung komunitas Muslim Prancis dengan menyerang rumah-rumah pribadi dan masjid atas tuduhan tak berdasar setelah serangan terhadap seorang guru Prancis," tambahnya.

Dewan tersebut mengatakan bahwa bahkan sebelum komentar terbarunya, Macron telah melakukan "perang salib melawan komunitas Muslim". Selain itu juga menuduh presiden Prancis "semakin mengasingkan masyarakat yang sudah terpinggirkan".

"Dunia Muslim tidak akan mentolerir penghinaan terang-terangan terhadap Nabi Muhammad (SAW) dan berdiri dalam solidaritas dengan saudara-saudara Muslim Prancis mereka," kata dewan itu.

Puluhan ribu Muslim melakukan protes dari Bangladesh hingga Pakistan dan wilayah Palestina pada hari Jumat lalu setelah terjadinya kasus pembunuhan di sebuah gereja Prancis. Peristiwa ini  mendorong sumpah dari Macron untuk berdiri teguh melawan serangan terhadap nilai-nilai Prancis dan kebebasan berkeyakinan.

Ribuan jamaah Palestina juga berunjuk rasa setelah shalat Jumat di Masjid Al-Aqsa, di Kota Tua Yerusalem yang bertembok untuk mengutuk pemuatan kembali karikatur Muhammad di Prancis. "Bangsa yang pemimpinnya adalah Muhammad tidak akan dikalahkan," teriak pengunjuk rasa.

"Kami menganggap presiden Prancis bertanggung jawab atas tindakan kekacauan dan kekerasan yang terjadi di Prancis karena komentarnya terhadap Islam dan Muslim," kata Ikrima Sabri, pengkhotbah yang menyampaikan khotbah di Al Aqsa.

Di Ramallah, warga Palestina membakar bendera Prancis dan menginjak-injaknya. Di Gaza, yang diperintah oleh gerakan Islam Palestina Hamas, ratusan warga Palestina mengambil bagian dalam demonstrasi anti-Prancis, meneriakkan: "Dengan jiwa dan darah kami, kami akan menebus Nabi."

Di Lebanon, pasukan keamanan menembakkan gas air mata untuk mengusir sekitar 300 pengunjuk rasa, termasuk pendukung partai Islam Sunni setempat yang berbaris dari sebuah masjid di ibu kota Beirut ke kediaman resmi duta besar Prancis.

Semua perselisihan yang terjadi itu berakar pada serangan pisau di luar sekolah Prancis pada 16 Oktober di mana seorang pria asal Chechnya memenggal kepala Samuel Paty, seorang guru yang telah menunjukkan kepada murid-murid kartun Nabi Muhammad dalam pelajaran kewarganegaraan tentang kebebasan berbicara.

Prancis mengizinkan penayangan kartun tersebut, yang dianggap menghujat umat Islam. "Kami tidak akan melepaskan karikatur dan gambar, bahkan jika orang lain mundur," kata Macron dalam komentar aslinya, yang memicu konflik.

Prancis menaikkan kewaspadaan keamanannya ke tingkat tertinggi pada hari Kamis setelah seorang pria bersenjatakan pisau meneriakkan "Allahu Akbar" (Tuhan Maha Besar) memenggal kepala seorang wanita tua di sebuah gereja dan membunuh dua orang lagi sebelum ditembak dan dibawa pergi oleh polisi.

 

"Kami tidak akan memberikan alasan apa pun," kata Macron di luar Basilika Notre Dame di kota Nice, Riviera Prancis. Prancis telah diserang "atas nilai-nilai kami, untuk rasa kebebasan kami, atas kemampuan di tanah kami untuk memiliki kebebasan berkeyakinan," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement