Sabtu 31 Oct 2020 13:20 WIB

Cara Bermain Pokemon GO Agar Bermanfaat untuk Olahraga

Jeda untuk menangkap Pokemon bisa dilakukan saat denyut jantung 70 persen.

Pokemon Go
Foto: Mashable
Pokemon Go

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bermain Pokemon Go bisa dimanfaatkan untuk olah raga. Berjalan kaki mencari monster virtual saat bermain Pokemon GO, game berbasis augmented reality yang menggabungkan teknologi dengan dunia nyata.

Dokter spesialis kedokteran olahraga Michael Triangto menuturkan empat hal yang harus diperhatikan saat melakukan latihan fisik, yakni FITT (frekuensi, intensitas, time, tipe). Ini bisa diaplikasikan saat bermain Pokemon Go.

Baca Juga

"Jalan kaki termasuk tipe olahraga aerobik," kata Michael.

Latihan tipe kardiovaskuler seperti berjalan kaki disarankan 150 menit per minggu, bisa dibagi menjadi 30 menit per hari bila olahraga dilakukan lima kali setiap pekan.

Pada tipe latihan kardiovaskuler, denyut jantung adalah cara mengukur intensitas ketika berlatih fisik dengan cara jalan kaki. Manfaatkan jam tangan pintar dan aplikasi olahraga untuk mengetahui intensitas denyut jantung.

"Untuk meningkatkan dan menjaga kebugaran, harus 50 persen hingga 70 persen dari denyut jantung maksimal," jelas Michael.

Rumus denyut jantung maksimal adalah 220 dikurangi usia. Contohnya, seseorang berusia 20 tahun yang ingin berolahraga dengan jalan kaki, denyut jantung maksimalnya adalah 200.

Target zona latihan intensitas sedang adalah 50-70 persen, jadi harus di antara 100 - 140 denyutan per menit.

Saat berjalan kaki bermain Pokemon GO, pemain tidak berjalan nonstop. Kadang kala pemain Pokemon GO harus berhenti untuk menangkap monster virtual, memutar Pokestop atau bertarung dengan monster lain di gym virtual.

Jeda di antara jalan kaki untuk sekadar menangkap monster atau bertarung ketika bermain Pokemon GO ini bisa dilakukan ketika denyut jantung sudah melebihi 70 persen.

"Boleh berhenti dulu tunggu sampai turun lagi jumlah denyutannya, baru jalan kaki lagi," katanya.

Residen Kedokteran Olahraga Freddy Ferdian memberikan kiat sederhana untuk mengukur intensitas latihan, yakni dengan tes berbicara.

Freddy menuturkan, intensitas dikatakan ringan bila seseorang dapat bernyanyi ketika berlatih fisik, intensitas dikatakan sedang bila seseorang masih dapat mengatakan kalimat pendek berisi 3-4 kata, sedangkan intensitas berat bila seseorang sudah sangat terengah- engah dan hanya dapat mengatakan 1-2 kata.

"Ketika jalan kaki biasakan Anda masih dapat berkata kalimat pendek," ujar dia.

Latihan fisik bagaikan resep obat, harus dengan dosis yang pas. Dosis kurang dan dosis berlebihan sama-sama tidak baik.

Latihan dengan intensitas yang ringan dan tidak teratur tidak berefek pada kesehatan, sedangkan latihan dengan intensitas terlalu berat dan terus menerus dapat menyebabkan cedera.

"Di masa pandemi, masyarakat umum non atlet tidak dianjurkan untuk melakukan latihan intensitas berat karena beberapa penelitian menyebutkan menurunnya kekebalan tubuh pada mereka yang berlatih fisik ataupun olahraga intensitas berat. Latihan yang baik bagi mereka adalah latihan di intensitas sedang untuk menjaga kesehatan fisik dan mental," kata Freddy.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement