Sabtu 31 Oct 2020 05:54 WIB

Hawaii Rumah Nyaman untuk Muslim, Tiap Bulan Ada 3 Mualaf

Hawaii merupakan rumah yang nyaman untuk umat Islam.

Hawaii merupakan rumah yang nyaman untuk umat Islam. Salah satu pemandangan Pantai Wakiki di Hawaii.
Foto: Tejo Purnomo
Hawaii merupakan rumah yang nyaman untuk umat Islam. Salah satu pemandangan Pantai Wakiki di Hawaii.

REPUBLIKA.CO.ID, Hawaii adalah tempat tinggal bagi sekitar tiga ribu orang Muslim. Hawaii pun dinilai sebagai tempat yang paling nyaman bagi Muslim dibandingkan negara bagian Amerika Serikat lainnya. 

Negara bagian ini tidak keberatan dengan perbedaan. Tidak ada ras atau agama mayoritas di Hawaii sehingga tidak ada diskriminasi. 

Baca Juga

Jumlah Muslim di Hawaii memang terus bertambah. Jumlahnya semakin banyak justru pascatragedi penghancuran gedung World Trade Centre (WTC) pada 11 September 2001.

Cromwell Crawford, pimpinan Departemen Agama di University of Hawaii, menyatakan, setelah kejadian tersebut, banyak penduduk yang mulai sadar bahwa mereka bisa meninggal kapan saja. Mereka mulai sadar bahwa hidup di dunia adalah fana. Hanya sementara. 

“Pada akhirnya banyak orang yang berubah pola pikirnya. Para lajang mencari ikatan, keluarga menjadi semakin erat, dan orang kembali mencari pegangan agama,” ujarnya. 

Menurut pimpinan Muslim Association of Hawaii (MAH), Hakim Ouansafi, mualaf di Hawaii bertambah paling sedikit tiga orang per bulan. Bahkan, dalam dua bulan setelah peristiwa tersebut, sebanyak 23 orang non-Muslim menyatakan diri berislam. 

Kebanyakan mualaf adalah keturanan Afro-Amerika yang tinggal di Honolulu. Mereka mengaku, sebelumnya tidak menganut agama apa pun. Beberapa di antaranya menemukan Allah SWT saat mereka berada di dalam tahanan atau sedang berjuang melawan ketergantungan terhadap obat-obatan dan alkohol. 

Sedangkan, di wilayah West Coast lain lagi. Beberapa orang mualaf adalah anggota militer yang sebelumnya beragama Kristen.

Bila dilihat dari segi jenis kelamin, perempuan lebih banyak yang menjadi mualaf daripada pria. “Perbandinganya 1 : 4,” ujar Ouansafi. 

Menurut dia, perempuan memang lebih religius dibandingkan laki-laki. Perempuan lebih mudah tergerak hatinya kepada agama daripada laki-laki karena mereka bersentuhan erat dengan proses kehidupan. “Mereka melahirkan dan memiliki anak,” katanya. Selain itu, Islam juga sangat melindungi dan menghormati hak perempuan.

Para mualaf itu umumnya mengaku, memilih Islam karena ini adalah agama yang rasional. Islam hanya mengenal satu Tuhan. Proses masuk Islam pun sangat mudah. Tidak ada seremoni pengislaman yang rumit dan mengandung unsur pemaksaan. 

“Calon mualaf hanya diwawancarai mengenai pengetahuan dan alasan mereka berislam. Apakah mereka berislam dengan sukarela atau paksaan,” katanya. Lalu, mereka (calon mualaf) mengucapkan dua kalimat syahadat. 

Meskipun populasi Muslim di Hawaii masih minoritas namun keberadaan Islam disambut hangat di sana. Salah satu buktinya, setiap 24 September, Hawaii merayakan Islam Day. Ide Islam Day diajukan ke Parlemen Hawaii pada 2009 dan disetujui.

Sebelumnya, Islam Day diajukan untuk diperingati pada 21 November. Namun, tanggal tersebut tidak disetujui karena pada tanggal yang sama penduduk Hawaii menggelar Festival Aloha. Maka, umat Islam setempat menggeser tanggalnya menjadi 24 September, hari ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.

Parlemen menilai, kehadiran Islam di Hawaii patut disyukuri karena Islam telah berkontribusi banyak dalam meningkatkan kekayaan agama, ilmu pengetahuan, dan kesenian di wilayah tersebut. Peringatan ini juga menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk mengubah citranya di tengah masyarakat Hawaii yang telah dihancurkan oleh kelompok radikal Islam pascaperistiwa 11 September. Pandangan masyarakat Hawaii terhadap peristiwa tersebut terpecah belah. Ada yang menuduh Islam sebagai pihak yang paling bertanggung jawab. Namun, banyak pula yang menilai bahwa peristiwa tersebut tidak ada hubungannya dengan Islam.

Islam Day pertama kali diperingati pada 24 September 2009. Sejumlah kegiatan digelar di universitas dan di seluruh pulau. Sementara, di  McCoy Pavilion, tepatnya di Ala Moana Beach Park, Asosiasi Muslim Hawaii (MAH) menggelar sebuah festival. Festival tersebut dihadiri lebih dari 1.000 orang. “Padahal, tadinya kami memperkirakan hanya 200 hingga 300 orang yang datang. Hari itu betul-betul hari yang bersejarah. Telah sekian lama kami menantikan hari seperti itu,” ujar Hakim Ouansafi.   

Festival tersebut menampilkan beberapa acara hiburan, permainan untuk anak-anak, makanan gratis, dan diskusi panel tentang masyarakat yang plural. Pemerintah Negara Bagian Hawaii pun telah memberi izin atas perayaan ini.       

Untuk melaksanakan sholat lima waktu, beberapa siswa bahkan mendapat kemudahan dari guru mereka untuk menggunakan ruangan tertentu. Muslimah pun diperbolehkan mengenakan jilbab ke sekolah ataupun kantor.    

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement