Sabtu 31 Oct 2020 01:42 WIB

Juli-September, Ekonomi Zona Euro Tumbuh 12,7 Persen

Pertumbuhan di Uni Eropa didorong karena mulai banyak perusahaan yang beraktivitas.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
 Taksi sepeda yang diparkir di alun-alun Roemerberg yang biasanya ramai dikunjungi wisatawan, di Frankfurt, Jerman, Kamis, 17 September 2020. Ekonomi Eropa tumbuh 12,7 persen pada kuartal ketiga secara tidak terduga.
Foto: AP/Michael Probst
Taksi sepeda yang diparkir di alun-alun Roemerberg yang biasanya ramai dikunjungi wisatawan, di Frankfurt, Jerman, Kamis, 17 September 2020. Ekonomi Eropa tumbuh 12,7 persen pada kuartal ketiga secara tidak terduga.

REPUBLIKA.CO.ID, FRANKFURT -- Ekonomi Eropa tumbuh 12,7 persen pada kuartal ketiga secara tidak terduga. Pertumbuhan dikarenakan banyak perusahaan sudah mulai beraktivitas kembali setelah lockdown yang ketat untuk menekan laju penyebaran virus corona.

Tapi, rebound Eropa masih dibayangi kekhawatiran terhadap peningkatan infeksi yang berpotensi menyebabkan kontraksi pada bulan-bulan terakhir di tahun ini. Kekhawatiran semakin tinggi mengingat bulan-bulan musim dingin akan datang yang berpotensi meningkatkan laju penyebaran virus.

Rebound Eropa, tercermin dalam angka yang dirilis pada Jumat (30/10). Realisasi kuartal ketiga ini menjadi peningkatan terbesar sejak statistik mulai disimpan pada 1995. Pertumbuhan pada periode Juli-September menyusul kontraksi 11,8 persen pada kuartal sebelumnya di 19 negara anggota Uni Eropa (UE).

April-Juni diketahui menjadi masa-masa lockdown paling ketat di Eropa. Kegiatan ekonomi dan pertemuan sosial dibatasi selama gelombang pertama pandemi.

Ekonom Eropa di Oxford Economics, Rosie Colthopre, mengataan, angka pertumbuhan ini merupakan kabar baik yang tetap harus diantisipasi. "Pemberlakuan kembali pembatasan aktivitas sosial dan ekonomi yang ketat di seluruh blok baru-baru ini kemungkinan akan mendorong pemulihan ke arah sebaliknya," ucapnya, seperti dilansir di AP News, Jumat.

Pemulihan Eropa dipimpin oleh Prancis dengan peningkatan 18,2 persen, diikuti Spanyol dan Italia yang masing-masing 16,7 persen dan 16,1 persen.

Sebelumnya pada Kamis (29/10), Kepala Bank Sentral Eropa Christina Lagarde memproyeksikan, November akan menjadi masa-masa yang sangat negatif. "Kemungkinan besar, angka kuartal keempat kami akan turun. Apakah akan negatif? Kami masih belum tahu saat ini," katanya.

Beberapa perusahaan manufaktur juga telah melihat pemulihan yang lebih kuat dibandingkan sektor jasa. Produsen mobil seperti Volkswagen dan Daimler AG Mercedes-Benz mencatatkan keuntungan dan penjualan yang rebound, dibantu oleh eksposure mereka ke Cina.

Sementara itu, bisnis yang mengandalkan interaksi tatap muka seperti restoran, hotel dan maskapai penerbangan masih tertekan. Hanya sebagian kecil dari bisnis mereka memulih. Tekanan semakin besar setelah pemerintah Jerman memerintahkan penutupan bioskop, bar dan restoran dari Senin (2/11) hingga akhir November.

Jasa transportasi juga masih menghadapi tekanan. Perusahaan transportasi FixMobility salah satunya. Mereka harus menghentikan layanan Flixbus sementara di Jerman, Austria dan Swiss serta layanan FlixTrain di Jerman pada Selasa (3/11). Kebijakan ini seiring dengan arahan pemerintah untuk meminta orang-orang membatasi perjalanan sebanyak mungkin.

Perusahaan menyebutkan, FlixBus diharapkan dapat kembali beroperasi secepatnya untuk masa liburan. FlixTrain direncanakan kembali beroperasi setelah situasi membaik pada 2021, kata seorang juru bicara perusahaan melalui email.

Lagarde mengindikasikan, Bank Sentral Eropa (ECB) sedang memformulasikan paket stimulus baru yang mungkin dibahas pada pertemuan bank pada 10 Desember. Tapi, masih ada keraguan stimulus itu akan dilaksanakan mengingat kondisi yang memburuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement