Jumat 30 Oct 2020 10:54 WIB

250 Ribu UMKM Binaan BNI Telah Melek Digital

Perseroan berupaya mendampingi pelaku UMKM melalui masa sulit di tengah pandemi

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
Fokus BNI setelah membawa UMKM menjadi Go Digital, tahap selanjutnya adalah membawa UMKM tersebut menjadi layak untuk GoEkspor.
Foto: BNI
Fokus BNI setelah membawa UMKM menjadi Go Digital, tahap selanjutnya adalah membawa UMKM tersebut menjadi layak untuk GoEkspor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (BNI) (Persero) Tbk memfokuskan pemberdayaan kepada pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) agar go digital. Saat ini perseroan telah mengangkat sebanyak 250 ribu pelaku UMKM ‘melek digital’.

Direktur Hubungan Kelembagaan BNI Sis Apik Wijayanto mengatakan UMKM merupakan tulang punggung perekonomian nasiona. Saat ini perseroan berupaya mendampingi pelaku UMKM melalui masa sulit di tengah pandemi Covid-19.

Baca Juga

“Perseroan pun menjalankan serangkaian program terintegrasi yang diharapkan dapat membawa pelaku usaha kecil, yang sedang merintis bisnisnya dari embrio, hingga kemudian berkembang menjadi pelaku usaha sukses yang berorientasi ekspor,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (30/10).

Menurutnya perseroan membagi dua kelompok program pemberdayaan UMKM. Pertama, program pendampingan bagi UMKM dalam pengembangan usahanya. Kedua, program pembiayaan.

“Pada program pendampingan, BNI selalu menyertai pelaku usaha kecil sejak tahapan peningkatan kapasitas produksi. Kemudian berlanjut pada tahap pengembangan nilai tambah pada produk dan jasa UMKM. Hingga akhirnya sanggup menjangkau pasar ekspor,” ucapnya.

Pada program pembiayaan, perseroan melakukan skema bantuan CSR dan program kemitraan ketika pelaku usaha kecil masih unfeasible dan unbankable. Nantinya setelah pelaku usaha kecil naik kelas, perseroan menyiapkan program kredit usaha rakyat (KUR) ketika mereka sudah feasible tetapi unbankable.

“Hingga akhirnya UMKM layak menjadi penerima kredit komersial ketika pengusaha sudah feasible dan bankable. Tidak berhenti pada pembiayaan, BNI juga fokus dalam mempertemukan UMKM binaan dengan potential buyer, baik dari nasabah menengah maupun korporasi BNI, sehingga tercipta value chain yang saling menguntungkan,” ucapnya.

Ke depan perseroan mengajak pihak lain yang memiliki misi yang sama untuk membangun sebuah ekosistem pendukung UMKM agar mampu berkembang, baik startup, e-commerce, maupun fintech. Adapun langkah ini dilakukan untuk mempertajam upaya digitalisasi UMKM, sehingga mampu mengakses pasar lebih luas.

Dari sektor produksi, perseroan menggandeng mitra strategis dari kalangan startup untuk membentuk klaster-klaster spesifik berdasarkan produk yang dikembangkan, seperti program smartfarming dan klaster pertanian uggulan bekerjasama dengan RiTx, Agrosolutions, Agree serta klaster perikanan bekerja sama dengan Aruna, FishON, dan FisTX.

“Setelah membawa UMKM menjadi go digital, tahap berikutnya membawa UMKM menjadi layak untuk berorientasi ekspor. Para UMKM terpilih akan melalui rangkaian seleksi, mulai dari kurasi produk, inkubasi, dan scalling up,” ucapnya.

Pada tahap inkubasi, pelaku usaha diberi kesempatan untuk menjelaskan keunggulan produknya dan menyempurnakan konsep produknya. Adapun pada tahap scalling up, pelaku usaha diberikan modal kerja dari BNI agar UMKM dapat memperluas pasar, meningkatkan produksi, dan melakukan diversifikasi produk.

"Setelah itu, pelaku UMKM yang layak ekspor akan diajak memanfaatkan kantor-kantor cabang BNI di luar negeri untuk memperkenalkan produk-produk unggulannya kepada calon pembeli asing," ucapnya.

Saat ini BNI telah turut membantu 21,38 persen dari volume ekspor Indonesia. Perseroan telah menyalurkan program KUR senilai Rp 15,05 triliun bagi 170.569 debitur hingga September 2020. Adapun KUR disalurkan ke berbagai sektor yakni pertanian sebesar Rp 3,95 triliun, perdagangan senilai Rp 7,37 triliun, jasa-jasa senilai Rp 2,44 triliun, serta industri pengolahan senilai Rp 1,08 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement