Rabu 28 Oct 2020 12:06 WIB

Kronologi Perempuan Bawa Bensin ke Gedung Balai Kota DKI

Pemprov DKI sudah melaporkan insiden pembawa bensin ke Polsek Gambir.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Indira Rezkisari
Gedung Balai Kota Pemprov DKI Jakarta.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Gedung Balai Kota Pemprov DKI Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang perempuan paruh baya datang dan mengancam akan membakar Gedung Balai Kota DKI Jakarta. Kepala Biro Umum dan Administrasi Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi DKI Jakarta Budi Awaluddin pun menjelaskan kronologi peristiwa yang terjadi kemarin, Selasa (27/10).

Budi mengatakan, perempuan yang belum diketahui namanya itu tiba di Gedung Blok G Balai Kota DKI Jakarta sekitar pukul 12.00 WIB. Kepada petugas keamanan, ia mengaku hendak menemui Kepala Biro Perekonomian DKI di lantai 12 gedung tersebut

Baca Juga

Dia menyebut, sesuai dengan protap keamanan yang diberlakukan, perempuan itu harus terlebih dahulu melewati pemeriksaan menggunakan mesin x-ray di lobi gedung. Berdasarkan hasil pemeriksaan x-ray, ibu itu diketahui hanya membawa botol air mineral di dalam tasnya dan petugas tidak menaruh curiga terhadap barang bawaannya tersebut.

"Nah, kan di dalam (pemeriksaan) x-ray kan keliatan hanya cairan, kita berpikir itu air mineral. Lalu, dia naik ke lantai 12 ke biro perekonomian," kata Budi saat dikonfirmasi, Rabu (28/10).

Setibanya di lantai 12, wanita itu memaksa bertemu dengan Kepala Biro Perekonomian dengan alasan hendak memberikan surat. Petugas pengamanan dalam (Pamdal) Gedung Blok G pada lantai tersebut pun memeriksa isi surat yang ia bawa.

Surat itu ia tujukan kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Dalam surat itu, dia ingin meminta pencairan dana di Bank DKI. Namun, Budi menuturkan, pihaknya menduga perempuan itu mengalami gangguan jiwa.

"Kami menduga ibu ini juga mengalami gangguan jiwa karena suratnya aneh, bahasanya tidak beraturan," jelas Budi.

Perempuan itu kemudian justru terlibat adu mulut dengan petugas keamanan sehingga menimbulkan kegaduhan lantaran tidak diberi izin bertemu dengan Kepala Biro Perekonomian. Petugas Pamdal dibantu dengan anggota polisi dan TNI yang turut berjaga di lokasi itu memutuskan untuk menggeledah tas milik perempuan tersebut.

Tak disangka, di dalam tas perempuan itu ditemukan bensin yang dikemas menggunakan botol air mineral yang diduga akan digunakan untuk membakar gedung Balai Kota DKI. "Akhirnya kita geledah tasnya, ternyata di tasnya itu ada bensin dan kayak karton gitu," ungkapnya.

Perempuan yang mengenakan pakaian serba hitam itu terus berteriak ingin membakar Gedung Balai Kota. Aparat keamanan akhirnya mengamankan mengamankan barang bukti berupa sepucuk surat dan botol air mineral berisi bensin. Sementara itu, perempuan tersebut dilepas dan diminta keluar dari lokasi kejadian.

"Kita tidak amankan, kita lepas, kita ambil barang buktinya saja karena kita melihat dari suratnya ini bahasanya nggak nyambung antara satu kalimat dan kalimat yang lain. Kita menduga (perempuan itu) sakit jiwa, akhirnya kita lepas," tutur Budi.

Namun, sambung dia, beberapa saat berselang setelah perempuan itu pergi, polisi militer (POM) Kodam Jaya mendatangi Balai Kota DKI karena menerima laporan adanya penganiayaan yang dilakukan anggota TNI kepada seorang perempuan. "Ibu itu ternyata melaporkan salah satu (anggota) TNI ke POM Kodam Jaya. Akhirnya orang POM datang," ucap dia.

Kemudian, Budi menjelaskan secara rinci mengenai kronologi peristiwa tersebut kepada pihak POM Kodam Jaya dan membantah adanya tindakan penganiayaan terhadap perempuan itu. Budi pun mengaku tidak mengetahui bagaimana cara perempuan tersebut dapat membuat laporan ke POM Kodam Jaya.

Oleh karena itu, Budi memutuskan melaporkan kasus itu ke Polsek Gambir Jakarta Pusat atas dugaan pencemaran nama baik dan ancaman pengerusakan aset negara. "Saya sudah bersurat ke Polsek Gambir, melaporkan bahwa ibu itu melakukan, mengancam pengrusakan aset pemerintah dan mencemarkan nama baik," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement