Rabu 28 Oct 2020 07:45 WIB

Eks Dubes: Perang Bangkitkan Nasionalisme Pemuda Azerbaijan

Pemuda Azerbaijan sangat bersemangat untuk mengusir Armenia dari wilayah pendudukan.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Teguh Firmansyah
Pertempuran di Nagorno Karabakh.
Foto: EPA-EFE/ARMENIA DEFENCE MINISTRY PRESS
Pertempuran di Nagorno Karabakh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perang yang terjadi di Azerbaijan disebut tidak membuat rakyat Azerbaijan panik hingga ketakutan. Warga Azerbaijan, terlebih yang masih tergolong berusia muda justru berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk turut serta dalam perang demi menjaga daerah mereka.

Hal ini dikisahkan Mantan Duta Besar Indonesia untuk Azerbaijan, Husnan Bey Fananie yang mengatakan banyak warga Azerbaijan justru mendaftarkan diri untuk ikut perang melawan Armenia. Serangan-serangan Armenia ke Azerbaijan disebutnya malah semakin memantapkan alasan rakyat untuk mengusir tentara Armenia.

Baca Juga

"Ini yang ditunggu-tunggu, untuk mengusir penjajah yang ada di negara mereka. Semua orang datang mendaftarkan diri menjadi relawan tanpa diminta. Saya punya staf, 12 orang dari Armenia yang berumur 35 tahun ke bawah ada enam, Itu enam-enamnya keluar mendaftar untuk perang," jelas Husnan Bey Fananie, Selasa (27/10)

Husnan juga mengaku mendapat kabar terbaru dari anaknya yang saat ini kuliah di Azerbaijan tentang banyaknya mahasiswa yang mendaftar untuk ikut perang.

"Baru tepon anak saya sendiri putra saya kuliah di Universitas di Azerbaijan mengatakan keadaan di sana aman. Semua orang ingin membela negara, semua mahasiswa mendaftarkan jadi relawan. Setiap hari meyel-yelkan seruan nasionalisme," ungkapnya.

Dubes yang baru menyelesaikan masa baktinya tahun 2020 ini juga mengharap agar Indonesia terus aktif dalam mendukung perdamaian antara dua negara tersebut. Indonesia dikatakannya memiliki hubungan yang baik dengan Azerbaijan dan Armenia sehingga perlu memiliki andil dalam menyelesaikan konflik.

"Azerbaijan punya beragam etnik, budaya dan agama seperti Indonesia. Di Azerbaijan ada Kristen, Katolik, Islam yang terbagi lagi jadi Sunni dan Syiah, Yahudi juga ada. Kesamaan ini juga jadi kekuatan kita untuk bisa jadi penengah dan saat ini pun Indonesia sedang melaksanakan tugas itu," jelasnya.

BACA JUGA: Dinilai Hina Islam dan Nabi Muhammad, Indonesia Kecam Keras Presiden Macron

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement