Rabu 28 Oct 2020 04:20 WIB

Wapres dan MUI Dukung Gerakan Sumbawa Maghrib Mengaji

Mengaji selepas Maghrib merupakan tradisi yang mesti dijaga

Tri Handyani (18) mengajar ngaji tetangganya di rumahnya di kawasan Jati Padang, Jakarta, Senin (26/10). Selama pandemi Covid-19 akitivitas mengaji masih dilakukan di rumah dengan menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, mengingat Taman Pendidikan Al-Quran belum dibuka kembali. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tri Handyani (18) mengajar ngaji tetangganya di rumahnya di kawasan Jati Padang, Jakarta, Senin (26/10). Selama pandemi Covid-19 akitivitas mengaji masih dilakukan di rumah dengan menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, mengingat Taman Pendidikan Al-Quran belum dibuka kembali. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Syarafuddin Jarot dan Mokhlis akan menggulirkan program Maghrib Mengaji di Sumbawa Timur.

Program itu dinilai bisa menjaga nilai-nilai keagamaan dan membangun generasi muda berakhlak mulia di Sumbawa. 

Juru Bicara Wakil Presiden Maruf Amin, Masduki Baidlowi menilai hal itu sebuah gagasan yang bagus. Karena selama ini banyak tradisi baik yang hilang.

“Mengaji habis maghrib itu kan tradisi lama, jaman sebelum ada televisi, radio, gadget. Kalau dulu orang setelah maghrib mengaji, sekarang nonton tv, main HP dan game online, jadi kalau itu mau dihidupkan lagi, saya kira baik sekali, saya sangat mendukung,” tuturnya.

Ia mengatakan, salat maghrib berjamaah, dilanjutkan mengaji sampai Isya berjamaah adalah salah satu hal yang membentuk bangsa Indonesia menjadi bangsa yang baik. 

“Ajaran agama yang rahmatan lil alamin diajarkan di situ, saat anak-anak mengaji. Bahkan yang lebih senior biasanya setelah Isya masih mengaji kitab yang lebih dalam. Itulah tradisi kita dulu,” tuturnya.

Ia mengatakan, dalam kegiatan kampanye atau pilkada, calon kepala daerah memang selayaknya mengusung program yang juga menyentuh aspek reliji. 

Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, KH Cholil Nafis mengatakan hal senada.

“Saya kira itu program yang baik dan patut didukung, mengaji setelah maghrib sampai Isya itu memang budaya dan tradisi yang harus dilestarikan, kalau yang sudah bisa baca ya baca Alquran, kalau belum bisa baca, ya murojaahnya, atau mengulang,” ujarnya saat dihubungi Selasa (27/10).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement