Selasa 27 Oct 2020 22:46 WIB

Pengalaman Komjen Syafruddin Ibadah Umroh di Masa Pandemi

Saat itu hanya warga saudi dan pemukim di Saudi yang diizinkan melaksanakan umroh.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Fakhruddin
Pengalaman Komjen Syafruddin Ibadah Umroh di masa Pandemi. Wakil Presiden RI ke-10 & 12 Jusuf Kalla bersama Mantan Wakapolri Komjen Pol (Purn) Syafruddin selaku Ketua Yayasan Museum Sejarah Rasulullah SAW dan Peradaban Islam, mendapat kesempatan melaksanakan ibadah umroh di tengah Pandemi Covid-19 oleh Pihak Kerajaan Arab Saudi.
Foto: Dok DMI
Pengalaman Komjen Syafruddin Ibadah Umroh di masa Pandemi. Wakil Presiden RI ke-10 & 12 Jusuf Kalla bersama Mantan Wakapolri Komjen Pol (Purn) Syafruddin selaku Ketua Yayasan Museum Sejarah Rasulullah SAW dan Peradaban Islam, mendapat kesempatan melaksanakan ibadah umroh di tengah Pandemi Covid-19 oleh Pihak Kerajaan Arab Saudi.

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Mantan Wakapolri Komjen Pol (purn) Syafruddin berkesempatan melaksanakan umroh bersama Wakil Presiden RI ke-10 Jusuf Kalla pada Ahad (25/10). Melaksanakan umroh di tengah pandemi covid-19, menjadikan pengalaman tersendiri bagi Syafruddin.

"Sesampainya di Makkah kita menunggu sebentar, karena pelaksanaan umroh tidak seperti biasa, masuk langsung ke Masjidil Harom, itu ada proses administrasi yang sangat ketat, itu harus kami jalani," ujar Syafruddin melalui sambungan telepon, Selasa (27/10).

Syafruddin kemudian menuturkan bagaimana ia bisa bersama JK dan rombongan tiba di Makkah. Di mana saat itu hanya warga saudi dan pemukim di Saudi yang diizinkan melaksanakan umroh.

Syafruddin dan JK sebelumnya tengah menghadiri acara Sayed Award di Vatikan. Sepulang dari acara tersebut, Kerajaan Arab Saudi memberikan kesempatan kepada para delegasi acara Sayed Award dan pendirian museum Rasulullah, untuk menunaikan ibadah umroh. "Rombongan kami mendapatkan kesempatan (umroh) tapi prosedur tetap dilakukan, jadi tidak sembarangan," ujar Syafruddin.

Syafruddin menuturkan, apabila dahulu pintu masuk masjidil harom berjumlah puluhan terbuka lebar, namun suasana berbeda ketika ia datang. Hanya ada dua pintu yang dibuka, yakni pintu untuk masuk dan pintu untuk keluar dari Masjidil Harom.

"Jadi proses masuk dibikin rute semacam sirkel, jadi tidak ada pertemuan jamaah dengan jamaah, jadi satu alur semuanya. Pintu masuknya satu dan pintu keluar juga satu. Pintu masuknya itu gerbang utama masjidil harom," kata Syafruddin.

Untuk menuju pintu masuk pun lanjut Syafruddin, harus melalui serangkaian pemeriksaan. Antreannya bahkan mengular hingga jalan raya. "Dari jalan raya kita mulai pemeriksaan barkot, kita harus menunjukkan barkot yang ada di hp kita yang sudah terdaftar, terus discan oleh petugas, setelah cocok baru diizinkan masuk," ujarnya.

Tidak lupa kata dia, juga menyerahkan hasil tes swab yang tidak lebih dari 48 jam. Saat memasuki gerbang utama, meskipun satu delegasi namun tetap harus mematuhi aturan jarak jarak. 

"Harus satu-satu, jaraknya tiga meter, walaupun delegasi kami rombongan, pak JK dulu lalu saya di belakangnya, begitu terus sampai kami rombongan 17 orang masuk, berputar ke kanan, terdapat pintu gerbang di situ ada pengecekan suhu," cerita Syafruddin.

Usai menjalani tes suhu dan diperbolehkan masuk, barang bawaan jamaah pun diperiksa. Setelah itu jamaah diminta menunggu giliran untuk melakukan Tawaf mengitari ka'bah.  

"Ketika jamaah lain sudah lewat baru kita bisa masuk, ikut di belakangnya. Salip menyalip tidak bisa. Dibikin empat lajur jadi hanya lajur itu yang boleh dilewati di kasih garis, jadi tidak bisa kiri kanan - kiri kanan, mendekati kabah tidak boleh," jelasnya.

Tawaf selesai dilakukan saat maghrib, kemudian melakukan sholat maghrib di Masjidil Harom. Setelah itu lanjut melakukan sa'i dari bukit safa hingga bukit marwa dan selesai pada waktu isya. "Alhamdulilah bisa sholat di masjidil haram setelah umroh itu, Maghrib dan isya," ungkapnya.

Padahal untuk solat lima waktu sehari-hari bagi masyarakat umum Saudi, masjid Agung Makkah itu masih tertutup. Hanya jamaah umroh yang diizinkan melakukan sholat di Masjidil Harom dan telah mendaftar melalui aplikasi.

"Jadi kami menginap satu malam di Makkah, kemudian Senin (26/10) pagi terbang ke Madinah, di Madinah kita diberikan kesempatan lagi ke Masjid Nabawi," tuturnya.

Di Madinah, ujar Wakil Ketua DMI itu, tidak diizinkan berlama-lama saat mengunjungi makam Rosulullah. Bahkan karena tidak boleh berhenti, sehingga hanya bisa memberikan salam.

"Jadi hanya sepintas sambil salam sambil lewat tidak boleh berhenti, pintu masuk dan pintu keluar juga berbeda, jadi kita keliling dengan berjalan kaki, kondisinya sepi tapi tertib," kata Syafruddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement