Selasa 27 Oct 2020 18:34 WIB

Pesantren Klaster Covid-19 Diminta Berhenti Beraktivitas

Upaya tracing tidak hanya dilakukan ke santri, melainkan juga ke warga sekitar

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengunjungi salah satu pesantren yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Selasa (27/10).
Foto: bayu adji p
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengunjungi salah satu pesantren yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Selasa (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT--Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil memantau langsung kondisi pesantren yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Selasa (27/10).  Gubernur  yang kerap disapa Emil itu membawa bantuan logistik dan alat pengetesan untuk penanganan Covid-19 di pesantren tersebut.

"Kita berharap pesantren ini bisa normal lagi. Yang didahulukan adalah penanganan kesehatan dengan memaksimalkan pengetesan," kata Emil Selasa (27/10). 

Ia menyebutkan, di lingkungan pesantren itu telah didirikan tenda untuk pengetesan. Di tenda itu juga disiagakan sejumlah tenaga kesehatan yang bertugas memantau kondisi para santri. 

Emil menambahkan, pos itu nantinya juga diperuntukkan bagi warga sekitar yang akan melakukan tes Covid-19. Menurut dia, penelusuran (tracing) kasus Covid-19 di tempat itu tak cukup hanya menyasar santri di lingkungan, melainkan juga harus dilakukan kepada warga di lingkungan sekitar. Sebab, selama ini terjadi interaksi antara santri dengan warga.

Berdasarkan pantauan Republika di lokasi, pesantren di Kecamatan Pangatikan itu berbaur dengan permukiman warga. Tak ada tembok pemisah antara lingkungan pesantren dan permukiman warga.  Karena itu, Emil berpesan kepada pengurus pesantren agar seluruh kegiatan santri dihentikan total untuk sementara waktu. "Sampai semua jelas, baru beraktivitas lagi. Yang terpapar akan kita treatment, yang tidak kita pulangkan," kata dia.

Emil meyakini para santri yang terkonfirmasi Covid-19 dapat sembuh total. Berkaca pada statistik, ia mengatakan, sekira 80 persen pasien Covid-19 dapat kembali sembuh. Dalam kasus di pesantren, mayoritas yang terpapar adalah santri, yang notabene masih berusia muda. Munurut dia, umumnya anak muda tidak memiliki penyakit penyerta (komorbid), sehingga ia optimistis para santri seluruhnya dapat kembali sehat. "Kita doakan cepat selesai," kata dia.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Maskut Farid mengatakan, pihaknya sudah melakukan tracing kepada seluruh penghuni pesantren tersebut. Hasilnya, hingga saat ini terdapat lebih dari 100 santri terkonfirmasi positif Covid-19.  Namun, hasil tes swab untuk santri perempuan masih belum diketahui. "Mudah-mudahan tidak terlalu banyak yang positif. Tapi (santri perempuan) ada yang positif," kata dia. 

Seluruh santri yang dinyatakan positif Covid-19 sudah seluruhnya diisolasi di rumah sakit. Banyaknya kasus terkonfirmasi dari lingkungan pesantren itu membuat sejumlah rumah sakit rujukan di Garut mulai terisi penuh.  "Kita kan banyak sekali kasus aktif, lebih dari 200 dirawat," kata dia. 

Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut hingga Senin (26/10), total kasus terkonfirmasi positif berjumlah 626 orang. Sebanyak 255 orang masih menjalani perawatan di rumah sakit, 356 orang dinyatakan sembuh, dan 15 orang meninggal dunia.

Untuk mengantisipasi peningkatan kasus terkonfirmasi, Maskut mengatakan, pihaknya sudah mulai menyiapkan sejumlah gedung untuk tempat isolasi yang layak. Sebab, ia memperkirakan peningakatan kasus dari lingkungan pesantren masih akan terus terjadi. 

Kasus klaster pesantren di Kecamatan Pangatikan bukanlah satu-satunya di Garut. Terdapat beberapa pesantren lain yang menjadi klaster penyebaran Covid-19.  "Secara aturan, sebenarnya untuk santri boleh isolasi mandiri di pesantren. Namun sudah kita cek, kondisinya tak mungkin untuk isolasi. Karenannya yang positif kita bawa semua (ke rumah sakit)," kata dia.

Untuk mengantisipasi terus meningkatnya kasus dari pesantren, Maskut mengatakan, pihaknya telah mengirim surat ke Kementerian Agama (Kemenag) untuk menghentikan aktivitas pesantren yang tak menerapkan protokol kesehatan. Namun, hingga saat ini belum ada respon dari Kemenag. 

Juru bicara pesantren yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 di Kecamatan Pangatikan, Nasrul Fuad mengatakan, hingga saat ini total santri yang terkonfirmasi dari pesantrennya berjumlah 114 orang dari total keseluruhan 420 santri di pesantren itu. Seluruhnya adalah santri laki-laki. 

"Santri perempuan sudah dilakukan testing, tapi hasilnya belum keluar. Masih dalam proses cek lab, kalau informasi yang kita terima," kata dia. 

Ia menambahkan, para santri yang sudah dinyatakan negatif untuk sementara tetap berada di pesantren karena tetap harus menjalani karantina. Namun, para pengasuh tetap memberikan kegiatan kecil kepada para santri agar kondisi psikologis mereka tak terganggu. Meski begitu, para santri tetap di dalam asrama dan tidak diperbolehkan keluar lingkungan pesantren. "Kita juga belum mengizinkan santri untuk pulang sampai proses karantina selesai," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement