Selasa 27 Oct 2020 07:45 WIB

Di Balik Kisah Malik Bin Dinar Bertemu Burung Bawa Roti

Allah mengabulkan doa orang yang bertakwa.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Dibalik Kisah Malik bin Dinar Bertemu Burung Bawa Roti
Foto: Wikimedia
Dibalik Kisah Malik bin Dinar Bertemu Burung Bawa Roti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu penyebar agama Islam adalah Malik bin Dinar r.a. Selama hidupnya, banyak pengalaman yang memberinya pelajaran hidup.

Salah satunya, yakni saat bertemu dengan seorang kakek. Diceritakan dalam buku 40 Kisah Pengantar Anak Tidur oleh Najwa Husein Abdul Aziz, kala itu Malik bin Dinar sedang berpergian untuk menunaikan haji.

Baca Juga

Ketika di perjalanan, dia melihat seekor burung yang di paruhnya terdapat sepotong roti. Melihat itu, dengan takjubnya dia bergumam, “Demi Allah, saya akan memperhatikan apa yang akan dikerjakan burung itu dengan sepotong rotinya.”

Malik bin Dinar mengikuti burung itu dan sampailah saat burung hinggap di depan kakek yang terikat. Lalu, burung itu segera menyuapi kakek dengan roti sedikit demi sedikit.

Setelah menyuapi, burung itu terbang untuk mengambil air yang dia taruh di paruhnya. Kemudian burung itu menuangkannya ke mulut kakek. Malik bin Dinar mendekati kakek itu dan bertanya, “Hai orang tua, apa yang terjadi denganmu?”

Kakek pun menjawab, “Seluruh harta saya dirampas oleh perampok. Kemudian saya diikat di sini sampai lima hari saya harus menahan lapar. Tapi, saya sabar dengan cobaan ini dan selalu berdoa kepada Allah. ‘Ya Allah yang selalu mengabulkan doa orang yang sedang kesusahan, saya sedang kesusahan ya Allah, kasihilah saya.’ Maka Allah mengutus burung ini.

Setelah itu, Malik bin Dinar membuka ikatan kakek dan mereka berjalan bersama untuk pergi haji. Dalam cerita tersebut, dapat diketahui, Allah mengabulkan doa orang yang bertakwa dan orang yang kesusahan. Sebagaimana Allah menyebut dalam firman-Nya surat An-Naml ayat 62 : 

أَمَّن يَهْدِيكُمْ فِى ظُلُمَٰتِ ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَمَن يُرْسِلُ ٱلرِّيَٰحَ بُشْرًۢا بَيْنَ يَدَىْ رَحْمَتِهِۦٓ ۗ أَءِلَٰهٌ مَّعَ ٱللَّهِ ۚ تَعَٰلَى ٱللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

"Am may yahdīkum fī ẓulumātil-barri wal-baḥri wa may yursilur-riyāḥa busyram baina yadai raḥmatih, a ilāhum ma'allāh, ta'ālallāhu 'ammā yusyrikụn."

Artinya: “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).”

Dalam tafsir Kementerian Agama yang tercantum di laman resminya, pada ayat ini dijelaskan jika manusia berada dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, Dia Yang Kuasa akan menghilangkan kesusahan yang menimpa siapa pun. Yang Kuasa menjadikan kamu wahai manusia sebagai khalifah, penerus generasi sebelum di bumi. Tidak ada yang mampu melakukan hal serupa selain Allah.

Sementara itu, tafsir Al-Muyassar atau Kementerian Agama Arab Saudi yang ada di laman tafsirweb.com, ayat ini menjelaskan Allah menjadikan manusia sebagai pemakmur bumi. Manusia dapat mengambil sumber daya dan manfaat yang ada di bumi.

Allah menjadikan setiap makhluk hidup pengganti bagi makhluk sebelumnya dan menjadikan setiap umat pengganti bagi umat yang hidup sebelumnya.Tidak ada Tuhan selain Allah yang dapat memberi kalian kenikmatan-kenikmatan ini. Dia telah menetapkan bagi manusia untuk hidup di muka bumi. Sesungguhnya, orang-orang musyrik, sungguh sedikit sekali kalian mengingat bukti-bukti dan mengambil pelajaran yang dapat mengantarkan kepada keimanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement