Senin 26 Oct 2020 10:48 WIB

Peneliti: Kualitas Air di Bengawan Solo Makin Memburuk

Kualitas air Bengawan Solo yang memburuk berdampak pada industri budidaya ikan

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kelompok Studi Banyu, Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio), Universitas Airlangga (Unair) bersama Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) Foundation melakukan penelitian mengenai keberadaan Mikroplastik di Bengawan Solo dari 1 sampai 24 Oktober 2020. Kualitas air Bengawan Solo yang memburuk berdampak pada industri budidaya ikan
Foto: Dok. Ecoton
Kelompok Studi Banyu, Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio), Universitas Airlangga (Unair) bersama Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) Foundation melakukan penelitian mengenai keberadaan Mikroplastik di Bengawan Solo dari 1 sampai 24 Oktober 2020. Kualitas air Bengawan Solo yang memburuk berdampak pada industri budidaya ikan

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kualitas air di Bengawan Solo kian memburuk dari waktu ke waktu. Situasi ini akan berdampak buruk bagi industri budidaya ikan di hilir Bengawan Solo.

Kelompok Studi Banyu, Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio), Universitas Airlangga (Unair) bersama Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) Foundation melakukan penelitian mengenai keberadaan Mikroplastik di Bengawan Solo. Kegiatan yang diselenggarakan dari 1 sampai 24 Oktober 2020 ini mengambil sampel mikroplastik di wilayah Bengawan Solo Segmen tengah. Lebih tepatnya meliputi Sragen (Desa KebakKramat), Ngawi (Jembatan Pitu), Bojonegoro (Bendungan Gerak/Trucuk dan Kedung Bendo) dan Lamongan (Laren, Karang geneg, Karang Binangun, Sedayu Lawas/Muara1 dan Terminal Brondong). 

Koordinator Peneliti Mikroplastik Kelompok Studi Banyu Himbio Unair, Ramadani Jaka Samudra mengatakan, penelitian dilakukan dengan tujuan menginventarisasi kandungan mikroplastik di Bengawan Solo. Pasalnya, selama ini sungai terpanjang di pulau Jawa tersebut mengalami pencemaran dari industri tekstil. "Dan industri etanol yang ada di Jawa Tengah sedangkan dampaknya dirasakan di Jawa Timur,” ungkap Ramadani. 

Di kawasan hilir Bengawan Solo terdapat ribuan hektare (ha) tambak yang bergantung pada air Bengawan Solo. Itu artinya, memburuknya kualitas air di sungai tersebut akan berdampak besar pada aspek lain. Lebih utamanya terhadap industri budidaya ikan di hilir Bengawan Solo.

Titik pengambilan sampel merupakan daerah yang di lalui oleh aliran Sungai Bengawan Solo. Sungai Bengawan Solo, merupakan sungai nasional yang melintasi dua provinsi yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Selain itu, Sungai Bengawan Solo juga memiliki pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat sekitar. Dalam hal ini sebagai sumber air minum dan air bersih. Kemudian sebagai bahan baku industri dan pengairan terhadap ribuan hektar tambak di Lamongan dan Gresik bagian utara. 

"Namun, di sepanjang aliran sungai terdapat aktivitas manusia yang memberikan dampak pada Sungai Bengawan Solo seperti pembuangan limbah industri dan limbah domestik berupa sampah dan limbah cair," ucapnya.

Anggota Himbio Unair, Devida Thalia Salsabella mengatakan, kawasan pesisir menjadi muara bagi mikroplastik yang berasal dari hulu Bengawan Solo. Tercatat, peneliti menemukan di 180 partikel mikroplastik per 100 liter air di Pantai Brondong. Jumlah ini merupakan tertinggi dari sembilan lokasi sepanjang Bengawan Solo.

"Di Bengawan Solo sendiri kandungan tertinggi berada di Desa Kebak Kramat, Kabupaten Sragen mencapai 140 partikel per 100 liter," jelas dia menegaskan.

Menurut Devida, mikroplastik yang ditemukan di Bengawan Solo antara lain berjenis fiber, fragmen dan filamen. Jenis fiber atau benang-benang mikron ditemukan mendominasi 70 sampai 80 persen di setiap stasiun pengamatan. Kandungan ini berasal dari perusahaan tekstil di mana proses pembuatan kainnya menggunakan bahan polyester dan katun sintetik yang menyumbang polutan fiber.

Sumber lainnya bisa berasal dari limbah domestik seperti pencucian kain/pakaian. Kemudian limbah cair domestik yang banyak menghasilkan microbeads dari sabun cuci muka, odol dan bahan kosmetik lainnya.

Dengan adanya temuan ini, budidaya perikanan di Bengawan Solo akan terancam. Pasalnya, ukuran mikroplastik hampir sama dengan plankton yang menjadi pakan utama ikan. Jika jumlah mikroplastik terus meningkat, maka ikan akan mengkonsumsi mikroplastik.

Jika ikan mengonsumsi mikroplastik, maka manusia tentu akan memakan ikan tersebut. Itu artinya, manusia telah turut mengonsumsi sampahnya sendiri. Hal ini jelas akan memberikan sampah buruk terhadap kesehatan manusia sendiri.

Anggota kelompok Himbio Unair, Haikal Nur Azasi mendorong pemerintah untuk membuat regulasi dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Kemudian mengutamakan pengelolaan sampah dan pengendalian pencemaran  pada industri yang berada kawasan Sungai Bengawam Solo. "Serta melakukan penegakan hukum atau sanksi penutupan outlet apabila terdapat pelanggaran,” ungkap Haikal.

Haikal juga mendorong upaya edukasi terhadap masyarakat agar timbul kesadaran untuk mengurangi sampah plastik sekali pakai. Lalu mendesak dilakukan penggunaan plastik sekali pakai dengan diet kantung plastik dan sachet. Lalu mengurangi penggunaan botol minum plastik, sedotan dan styrofoam yang tidak mudah didaur ulang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement