Senin 26 Oct 2020 02:09 WIB

UNY Tambah Tiga Guru Besar

Pandemi telah memaksa semua proses pembelajaran dilakukan daring.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
UNY Tambah Tiga Guru Besar. Kampus UNY.
Foto: Dokumen.
UNY Tambah Tiga Guru Besar. Kampus UNY.

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menambah kembali jumlah guru besar mereka. Kali ini, tiga guru besar yang dikukuhkan UNY yaitu Prof Edy Supriyadi, Prof Putu Sudira dan Prof Endang Mulyatiningsih.

Prof Edy dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Kejuruan. Prof Putu dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Pembelajaran Vokasi dan Prof Endang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Evaluasi Pembelajaran.

Prof Edy merupakan warga Kalurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman yang lahir di Batang 3 Oktober 1961. Edy membawakan pidato berjudul E-Monev untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Penilaian Hasil Belajar di SMK.

Ia mengatakan, 4.0 sangat berpengaruh ke SMK. Hampir semua komponen pendidikan di SMK perlu terus disempurnakan meliputi standar kompetensi lulusan, sarana dan prasarana, kurikulum, bahan ajar, pembelajaran dan penilaian hasil belajar.

Kualifikasi dan kompetensi guru merupakan yang paling esensial untuk terus ditingkatkan. Ia melihat, E-Monev jadi salah satu sarana efektif tingkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam pembelajaran dan penilaian hasil belajar.

"Satuan pendidikan di SMK diharapkan dapat mengembangkan dan mengimplementasikan E-Monev untuk pembelajaran dan penilaian hasil belajar sesuai dengan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dimiliki," kata Edy, Sabtu (24/10).

Lalu, ada Prof Putu yang merupakan warga Kalurahan Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman, lahir di Buleleng 2 April 1964 Kalongan. Membawa pidato Pembelajaran Vokasional Era Transformasi Digital: Tinjauan Filosofis-Teoretis untuk Hamemayu Hayuning Bawana.

Ia menuturkan, idealisme dan semua teori tri budaya serta tata nilai budaya Yogya merupakan filosofi yang sesuai kebutuhan pengembangan pembelajaran vokasional era transformasi digital untuk sustainable vocational education hamemayu hayuning bawana.

Filosofi dan teori itu digunakan secara eklektik membangun desain pembelajaran vokasional. Pembelajaran vokasional pada era transformasi digital dibangun sebagai proses aktualisasi pengembangan kreativitas dan inovasi berkehidupan.

"Serta, mencari penghidupan berbasis teknologi cyber yang mampu mandiri membangun kesadaran diri belajar sepanjang hayat sebagai manusia Tri Hita Karana, kreatif-kritis- inovatif, bersahabat dengan perubahan dalam hamemayu hayuning bawana," ujar Putu.

Terakhir, ada Prof Endang yang merupakan warga Griya Purwa Asri Kecamatan Kalasan yang lahir di Banjarnegara 11 Januari 1963. Pada pengukuhannya membawa pidato Evaluasi Pembelajaran Dalam Jaringan pada Masa Pandemi Virus Corona 2019.

Ia menerangkan, pandemi telah memaksa semua proses pembelajaran dilakukan daring. Tapi, tanpa pandemi mungkin masih banyak pembelajaran yang dilakukan dengan tatap muka, meski tuntutan pembelajaran pada era 4.0 sudah berbasis teknologi digital.

Meski begitu, ia mengingatkan, penyebab masalah pembelajaran daring perlu dikaji dan dievaluasi untuk memperbaiki proses pembelajaran. Pembelajaran daring efektif jika mahasiswa dapat berinteraksi dengan konten-konten, teman-teman dan dosen.

"Ketersediaan interaksi sosial dapat hilangkan perasaan terisolasi. Namun, Platform online tidak pernah dapat mengganti kehadiran fisik dan interaksi spontan dalam kelas, keinginan mahasiswa untuk kuliah tatap muka tetap ada," kata Endang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement