Sabtu 24 Oct 2020 06:04 WIB

Sektor Pertanian Menjanjikan Bagi Kaum Milenial

Anak muda harus belajar memanfaatkan waktunya sendiri untuk sesuatu yang lebih produk

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Hiru Muhammad
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (tengah) menunjukan hasil panen bersama sayur kale di lahan pertanian Sayur Organik Merbabu, Kopeng, Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (27/6/2020). Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong petani milenial agar dapat semakin mengembangkan pertanian sayur organik yang maju, mandiri dan modern agar dapat memenuhi permintaan pasar di masa normal baru sehingga dapat meningkatkan perekonomian.
Foto: ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (tengah) menunjukan hasil panen bersama sayur kale di lahan pertanian Sayur Organik Merbabu, Kopeng, Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (27/6/2020). Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong petani milenial agar dapat semakin mengembangkan pertanian sayur organik yang maju, mandiri dan modern agar dapat memenuhi permintaan pasar di masa normal baru sehingga dapat meningkatkan perekonomian.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA--Sejumlah petani milenial mengajak anak muda Indonesia untuk menekuni dan menggeluti dunia pertanian. Sebab menurut mereka, dunia pertanian adalah dunia pasti yang sangat menjanjikan untuk menambah jumlah penghasilan.

Agus Ali Nurdin misalnya, petani milenial yang pernah mengikuti magang Kementerian Pertanian di Jepang ini menceritakan bahwa penghasilnya dari usaha tani bisa mencapai Rp 500 juta per bulan. Bahkan, kata dia, saat ini hasil sayurannya mampu disuplai ke berbagai outlet, mall dan restoran Jepang yang ada di Jakarta.

"Kuncinya hanya satu, tanam, tanam dan tanam. Karena sejatinya manusia membutuhkan makanan dan produksi akan berjalan setiap harinya," ujar Agus dalam acara Tik-Talk Kementan, Jumat (23/10).

Menurut Agus, anak muda harus belajar memanfaatkan waktunya sendiri untuk sesuatu yang lebih produktif. Anak muda harus mampu menjadi inisiator perubahan bangsa yang lebih baik. Karena itu, ia berharap mereka mampu memanfaatkan berbagai fasilitas dan menyerap program pemerintah yang berkaitan dengan pertanian.

"Saya sudah membuktikan bahwa binaan Kementan bisa produktif dan inovatif dalam memajukan sektor pertanian," katanya.

Sementara itu, seorang petani milenial lainnya yang mengembangkan beras organik pringkasap, Dedi Mulyadi menyampaikan bahwa kunci menjadi seorang petani sukses adalah keberan dalam berinovasi. Jika keberanian sudah tertanam dalam diri, maka bukan tidak mungkin Indonesia memiliki konglomerat muda yang berasal dari sektor pertanian. "Selain berinovasi kita juga tidak boleh sendirian. Sebagai petani kita perlu tergabung dalam kelompok tani untuk menambah pengetahuan," katanya.

Usaha Dedi sebagai petani saat ini mampu mengantongi omzet bersih hingga Rp 100 juta per bulan. Sementara itu, meski usahanya baru seumur jagung, peternak telor ayam kampung, Pradizzia Triane Intan mengaku sangat termotivasi dengan pengusaha mida lainya yang sukses mengembangkan usaha ternak. "Sebagai alumni dari Polbangtan Bogor, saya ingin memanfaatkan ilmu yang saya dapat ketika di Polbangtan. Saya berharap bisa memberikan lapangan pekerjaan nantinya," katanya.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri menyampaikan bahwa regenerasi petani merupakan kunci utama dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, Kuntoro beharap petani milenial dapat menjadi inspirasi bagi seluruh anak muda Indonesia."Kita semua bisa menjadi pahlawan pangan. Dan saya kira dengan menjadi petani milenial kita bisa membantu ketahan pangan," katanya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement