Jumat 23 Oct 2020 16:04 WIB

Pemerintah Kuatkan Literasi Keuangan di Kalangan Santri

Santri mempunyai potensi sangat besar karena jumlahnya yang mencapai 18 juta orang.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Pelajar SD berebut menjawab pertanyaan saat mengikuti literasi keuangan dan perbankan di Bursa Efek Inonesia (BEI), Jakarta. ilustrasi
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Pelajar SD berebut menjawab pertanyaan saat mengikuti literasi keuangan dan perbankan di Bursa Efek Inonesia (BEI), Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian berupaya menguatkan literasi keuangan di kalangan pemuda, santri, maupun pelajar. Tujuannya, agar kepemilikan dan penggunaan rekening terus meningkat, sehingga dapat mendukung ketahanan ekonomi atau sistem keuangan nasional.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir menjelaskan, santri/santriwati mempunyai potensi sangat besar karena jumlahnya yang mencapai 18 juta orang di seluruh Indonesia. Apabila seluruhnya terinklusi keuangan, maka bisa mendorong pencapaian target keuangan inklusif jangka panjang.

Baca Juga

"Santriwan dan Santriwati merupakan segmen prioritas dalam kelompok pemuda pada Strategi Nasional Keuangan Inklusif," ujar Iskandar dalam acara Seminar Keuangan Inklusif bagi Pemuda/Santri dalam rangka Hari Santri Nasional 2020 di Jakarta, Jumat (23/10).

Iskandar menuturkan, ekonomi yang inklusif dapat menekan tingkat pengangguran. Sebab, salah satu penyebab dari pengangguran adalah karena tidak adanya akses masyarakat kelompok bawah terhadap dua hal, yaitu akses pekerjaan dan akses pembiayaan.

"Pembangunan itu harusnya inklusif untuk semua orang. Jadi kita melakukan pelatihan keuangan inklusif ini, salah satunya adalah supaya seluruh masyarakat Indonesia bisa berusaha, bisa mendapatkan pekerjaan, tanpa mengecualikan dari kelompok mana," kata Iskandar selaku Ketua Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif.

Saat ini, pemerintah memiliki program One Pesantren One Product (OPOP). Program ini bertujuan untuk menciptakan kemandirian umat melalui para santri, pondok pesantren, dan masyarakat sekitar. Dengan program ini, Iskandar berharap, Pondok Pesantren bisa makin memberikan dampak terhadap lingkungan sekitarnya.

Pada perayaan Hari Santri Nasional ini, pemerintah juga menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR)/Kredit Masyarakat Ekonomi Sejahtera (Mesra), peresmian Pontren Mart. Selain itu, pembiayaan tekfin eSyirkah untuk ekspor usaha santri, peluncuran iPesantren, pembukaan Rekening Santri dan penyerahan Kartu Santri.

Peluncuran percontohan pembiayaan OPOP, serta edukasi/literasi keuangan syariah pesantren juga menjadi bagian dari acara.

Melalui berbagai program keuangan inklusif, Iskandar mengatakan, pemerintah ingin memberdayakan masyarakat, khususnya yang belum tersentuh dengan pembiayaan. "Sehingga mereka bisa membuka usaha, bisa bekerja, untuk meningkatkan kesejahteraan," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement