Jumat 23 Oct 2020 14:55 WIB

Pasar Saham dan Obligasi masih Berpotensi Menguat

Penguatan pasar saham dan obligasi didorong oleh kebijakan reflasi global.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Pasar saham dan obligasi disebut masih memiliki potensi untuk menguat ke depannya. Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan, penguatan tersebut didukung oleh kebijakan reflasi global.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pasar saham dan obligasi disebut masih memiliki potensi untuk menguat ke depannya. Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan, penguatan tersebut didukung oleh kebijakan reflasi global.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar saham dan obligasi disebut masih memiliki potensi untuk menguat ke depannya. Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan, penguatan tersebut didukung oleh kebijakan reflasi global.

Reflasi adalah kebijakan untuk menstimulasi ekonomi melalui kebijakan fiskal dan moneter akomodatif yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi, mendorong belanja, dan mencegah deflasi. Ini merupakan kebijakan pro ekonomi yang berpotensi menekan tingkat suku bunga dan meningkatkan selera investasi terhadap aset berisiko, termasuk pasar saham dan obligasi negara berkembang. 

Baca Juga

Katarina mengatakan, secara jangka pendek memang ada beberapa faktor yang membebani sentimen pasar seperti Pilpres dan negosiasi stimulus fiskal Amerika Serikat, serta meningkatnya kasus Covid-19 global. Di pasar domestik pun ada faktor ketidakpastian terkait kebijakan burden sharing BI dan wacana pembentukan Dewan Moneter. 

"Namun terlepas dari sentimen jangka pendek tersebut, dalam pandangan kami pasar saham dan obligasi masih memiliki potensi ke depannya," kata Katarina, Kamis (22/10).  

Selain itu penanganan Covid-19 juga tetap menjadi kunci pemulihan ekonomi. Positifnya adalah pengembangan vaksin Covid-19 terus berlanjut, dan saat ini sudah ada 10 vaksin yang berada pada tahap uji klinis fase ketiga yang merupakan fase terakhir sebelum approval dan produksi.

Di tengah kondisi pandemi saat ini tentunya banyak ketidakpastian yang dapat meningkatkan volatilitas pasar finansial. Katarina pun menyarankan investor untuk meninjau kembali alokasi portofolio. 

"Pastikan alokasinya tetap sesuai dengan tujuan investasi dan profil risiko investor," tutur Katarina. 

Menurutnya, volatilitas tinggi di pasar dapat membuat alokasi portofolio tidak sesuai dengan aset alokasi awal yang ditetapkan, kondisi ini dapat mengubah profil portofolio. Untuk itu, imvestor perlu melakakan rebalancing, agar alokasi portfolio tetap sesuai dengan alokasi yang telah ditetapkan. 

"Bagi investor jangka panjang dengan profil agresif, kondisi saat ini juga dapat menjadi peluang untuk average down investasi, atau mulai berinvestasi di tengah harga pasar yang masih menarik," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement