Friday, 10 Syawwal 1445 / 19 April 2024

Friday, 10 Syawwal 1445 / 19 April 2024

Gus Jazil Dorong Santri Kuasai Iptek, Ini Alasannya

Jumat 23 Oct 2020 13:16 WIB

Red: Ichsan Emrald Alamsyah

Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid hadir dalam acara Hari Santri Nasional yang bertema Kebangkitan Santri Dalam Mengawal Perubahan Dengan Nilai Kemandirian

Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid hadir dalam acara Hari Santri Nasional yang bertema Kebangkitan Santri Dalam Mengawal Perubahan Dengan Nilai Kemandirian

Foto: MPR
Gus Jazil berharap santri menguasai iptek sehingga menjadi agen perubahan

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK - Sekitar 200 orang pada Kamis, 22 Oktober 2020 berkumpul di Rumah Rahlia, Kelurahan Bojong Sari Baru, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Mereka yang berkumpul di sana terdiri para ulama, seniman, budayawan, santri, alumni santri, IPNU, IPPNU, GP Ansor, dan Banser. Mereka berkumpul di rumah yang berbentuk joglo untuk memperingati Hari Santri 22 Oktober.

Hadir dalam acara yang bertema 'Kebangkitan Santri Dalam Mengawal Perubahan Dengan Nilai Kemandirian', yakni Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid, Pembina Rumah Dahlia Yusra Amir, Pendiri Marjinal Muhamad Isrofil, Pendiri Rumah Rahlia Indonesia Mansyur Alfarisy, Pembina Tasawuf Underground KH Halim, Pimpinan Pondok Pesantren Al kharimiyah KH Ahmad Damanhuri serta Pimpinan Pondok Pesantren Al Azis KH Robin.

Dikatakan oleh Jazilul Fawaid, peringatan Hari Santri dilaksanakan di mana-mana di seluruh Indonesia. Disebutkan di Malang, Jawa Timur, peringatan Hari Santri ditandai dengan peluncuran santrinet. Dirinya yang saat ini berada di Jakarta memperingati bersama dengan para santri, ulama, budayawan, seniman, dan generasi muda lainnya yang datang dari wilayah Jabodetabek. “Perayaan dilakukan secara sederhana sebab masih dalam kondisi pandemi Covid-19,” tuturnya. “Allhamdulillah para peserta khususnya para santri antusias mengikuti dan ingin menjadikan Hari Santri menjadi pemicu semangat kebangkitan,” tambahnya.

Di hadapan peserta acara peringatan Hari Santri, Jazilul Fawaid menuturkan hari ini tepat 75 tahun dideklarasikan Resolusi Jihad. Resolusi Jihad merupakan seruan yang dinyatakan oleh Rais Akbar NU Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari kepada ummat Islam untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman agresi tentara Inggris dan Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia.

"Saat ini, 22 Oktober 2020, kita bisa bisa bersenang-senang tapi pada 22 Oktober 1945 rasa itu tidak ada," ujar politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). 

Alasan tidak bisa bersenang-senang sebab bangsa ini sedang menghadapi agresi musuh yang bersenjata lengkap. Dikatakan oleh pria yang akrab dipanggil Gus Jazil, setelah bangsa ini berhasil mematahkan keinginan Belanda untuk menjajah kembali Indonesia, tugas kita adalah mempertahankan kemerdekaan NKRI. 

"Namun tidak lagi dengan mengangkat senjata," ungkapnya.

Dikatakan Proklamasi 17 Agustus 1945, Resolusi Jihad 22 Oktober 1945, dan Pertempuran Surabaya 10 November 1945, merupakan rangkaian sejarah perjalanan bangsa dalam memproklamasikan dan nempertahankan kemerdekaan.

 Pria kelahiran Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu mengajak kepada semua khususnya para santri untuk tetap menggelorakan semangat Resolusi Jihad. "Namun dalam konteks yang lain," paparnya. 

Semangat Resolusi Jihad menurutnya perlu ditanamkan kepada santri untuk belajar tekun dan sungguh-sungguh agar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). "Menguasai Iptek inilah yang akan mengubah hidup dan kehidupan kita," tegasnya. 

Perubahan bisa terjadi diawali dari diri sendiri. "Pastinya perubahan yang kita inginkan adalah menuju kebaikan," tegasnya. 

Untuk berubah pastinya perlu kesadaran. "Untuk itu wahai para santri, rajinlah kalian untuk menuntut ilmu," tambahnya. 

Lebih lanjut dikatakan oleh alumni PMII itu bahwa dengan menguasai Iptek maka hidup ini akan menjadi mulia. Dirinya mendorong santri agar mencintai Iptek.

 Pentingnya mencintai Iptek, Jazilul Fawaid mengutip pesan KH Hasyim Asy'ari. Menurutnya pesan itu adalah, hendaklah segera kita menuntut ilmu dan jangan terperdaya untuk menunda-nunda dan berangan-angan panjang waktu yang tak akan kembali. 

"Nah, kebiasaan kita kan mengatakan tarsok-tarsok (entar dan besok)," tuturnya. Dirinya menegaskan santri harus bersegera bila ingin menuntut ilmu.

Diakui generasi muda mendapat tantangan dari siaran televisi yang banyak menayangkan film, iklan, dan lain sebagainya yang semuanya bisa menyebabkan panjangnya angan-angan. "Bila terlalu panjang angan-angan dan tak menguasai ilmu maka santri akan ketinggalan jaman," Jazilul Fawaid mengingatkan.

Ditegaskan bangsa ini harus maju dalam Iptek. "Santri harus jadi pelopor dalam hal ini," tuturnya. "Dengan menguasai Iptek maka santri tidak berada pada kelompok pinggiran," tambahnya. 

Ia berharap agar santri tidak mudah mengeluh apalagi suka menyalahkan orang lain. "Santri dididik untuk mandiri," paparnya. Moment Hari Santri itulah disebut sebagai moment kebangkitan. 

Pentingnya menguasai Iptek ditekankan oleh Jazilul Fawaid sebab ia ingat ramalan sastrawan Jawa Ronggowarsito. Ronggowarsito dalam ramalannya mengatakan akan tiba suatu masa yang disebut ‘Kolotido’ atau jaman yang semuanya membingungkan. "Pada masa itu antara hitam dan putih, benar dan salah, semua tidak jelas," paparnya. "Semua merasa benar," tambahnya.

Akibat yang demikian semua berada dalam jaman edan. Jaman edan adalah jaman di mana bila seseorang ingin mendapatkan sesuatu maka jalan yang ditempuh adalah dengan menghalalkan segara cara. 

Jaman edan ini menurut Jazilul Fawaid membuat orang berada pada pilihan yang sulit. Bila tidak edan, tidak menghalalkan segala cara, maka ia tidak akan mendapatkan sesuatu. "Inilah jaman edan, yen ora edan ora keduman (kalau tidak menghalalkan segala cara tidak akan mendapatkan apa yang diinginkan)," tuturnya.

Dalam jaman edan, menurut Jazilul Fawaid, dengan mengutip pesan Ronggowarsito pula, masih ada orang yang selamat, "yakni sak bejo bejone wong edan isih bejo wong sing eling lan waspodo (seberuntung-untungnya orang yang lalai masih beruntung orang yang sadar dan ingat jati dirinya)," paparnya. Dari sinilah Wakil Ketua Umum DPP PKB itu mengingatkan kepada semua untuk tetap sadar diri dan jangan ikut-ikut pada sesuatu yang tidak jelas. 

Untuk menghindari jaman edan, Jazilul Fawaid memberi kiat atau cara melalui pesan dari Sunan Kalijaga lewat tembang Ilir-Ilir. "Arti tembang itu membangunkan kita agar sadar," tuturnya. "Nah kita mau sadar atau tidak," ucapnya. Bila mau sadar, selanjutnya adalah bersemangat. Bersemangat dalam menjalankan kehidupan akhirat dan duniawi. "Santri harus sadar dan bersemangat," tegasnya.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler