Kamis 22 Oct 2020 22:37 WIB

Pembangunan Infrastruktur Dinilai Positif bagi Industri Baja

Krakatau Steel yakin pembangunan infrastruktur dorong kebutuhan baja dalam negeri

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Dirut PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (PT KS) Silmy Karim yakin pembangunan infrastruktur dorong kebutuhan baja dalam negeri
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Dirut PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (PT KS) Silmy Karim yakin pembangunan infrastruktur dorong kebutuhan baja dalam negeri

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Silmy Karim mengatakan pandemi Covid-19 menjadi tantangan yang dihadapi industri baja global dan nasional. Namun, atas berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk memulihkan Indonesia dari dampak pandemi Covid-19 dengan mendorong ekonomi nasional dan pembangunan infrastruktur, Silmy meyakini kebutuhan baja dalam negeri akan terus mengalami peningkatan.

Krakatau Steel yang mewakili produsen baja dalam negeri, kata Silmy, memberikan apresiasi terhadap Kementerian BUMN dan  Kementerian PUPR yang telah memberikan perspektifnya tentang dampak Covid-19 terhadap kesiapan ekonomi Indonesia. 

"Ini merupakan bentuk komitmen dan dukungan dalam menjaga keberlangsungan industri baja nasional," ujar Silmy dalam Webinar tentang Outlook Kebutuhan Baja Indonesia di Jakarta, Kamis (22/10).

Silmy menjelaskan, berdasarkan data dari Asosiasi Industri Besi dan Baja Nasional atau the Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), industri baja global mulai menunjukan pemulihan. Hal ini diperkuat dengan prediksi dari World Steel Association bahwa pada 2021, permintaan baja dunia akan tumbuh sekitar 4,1 persen.

Silmy optimistis industri dalam negeri juga akan kembali tumbuh seiring kembali dimulainya proyek pembangunan di masa adaptasi kebiasaan baru dan membaiknya kondisi ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 dibandingkan kuartal II 2020.

"Utilisasi industri baja domestik terus mengalami perbaikan dan hingga saat ini kembali pada tingkat utilisasi sebelum adanya pandemi Covid-19 yaitu 40 persen sampai 50 persen," ucap Silmy.

Silmy menyebut hal ini tak lepas dari adanya dukungan kuat pemerintah, khususnya terhadap upaya pengendalian atas importasi besi atau baja, baja paduan, dan produk turunannya serta stimulus yang diberikan baik fiskal maupun nonfiskal.

Silmy menilai dengan dukungan pemerintah, Krakatau Steel sebagai industri baja nasional akan terus berusaha untuk menjaga kelangsungan industri baja, khususnya pada industri hilir dan industri pengguna agar dapat bertahan di tengah mewabahnya Covid-19 dan membantu menggerakkan kembali perekonomian nasional. 

"Untuk itu, seluruh pelaku industri baja baik industri hulu, industri hilir maupun industri pengguna baja, perlu menyambut baik dukungan pemerintah tersebut dan bergerak bersama untuk memulihkan sektor baja. Kita tidak bisa tinggal diam dan melakukan wait and see," kata Silmy.

Wakil Menteri BUMN I/Ketua Satgas PEN Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah secara aktif mengatasi perekonomian, termasuk membuat satgas untuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Pemerintah menargetkan agar program PEN dapat mencapai realisasi 100 persen di akhir 2020. Hingga 14 Oktober 2020, pemerintah telah berhasil merealisasikan Rp 344,11 triliun atau sekitar 49,5 persen dari total anggaran sebesar Rp 695,2 triliun.

"Pemerintah akan menerbitkan Kebijakan Investasi Pemerintah yang dapat membantu pulihkan industri baja dan perekonomian nasional," ucap Budi. 

Budi menilai pemerintah membutuhkan dukungan para pelaku industri baja dan konstruksi untuk saling meningkatkan tingkat kepercayaan, khususnya terkait penggunaan besi dan baja dalam berbagai proyek yang dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan perekonomian kita.

Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Trisasongko Widianto, mengatakan fokus program di Kementerian PUPR pada 2021 yang relevan dengan sektor konstruksi adalah pengembangan konektivitas jalan dan jembatan, pembangunan perumahan rakyat, dan pengembangan kawasan industri untuk mendorong investasi. Contoh proyek strategis yang menjadi prioritas adalah kompleks industri di Batang dan Subang, pembangunan pariwisata nasional strategis, dan pengembangan wilayah metropolitan di seluruh Indonesia, yaitu di Palembang, Banjarmasin, Semarang, dan Makassar.

Widianto menyebut baja sebagai material strategis utama untuk infrastruktur. Ia mengatakan Kebutuhan baja konstruksi sebesar 12,2 juta ton di 2019 atau 77 persen dari total kebutuhan baja nasional.

"Dengan tingginya investasi pemerintah untuk pembangunan infrastruktur, industri baja memiliki prospek pasar yang menjanjikan di 2021," ucap Widianto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement