Kamis 22 Oct 2020 19:52 WIB

Kemenperin Percepat Revitalisasi Industri Gula Dalam Negeri

Saat ini kebutuhan komoditas gula di Indonesia mencapai 5,8 juta ton per tahun.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Proses produksi gula dalam pabrik (ilustrasi)
Foto: fxcuisine.com
Proses produksi gula dalam pabrik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya merevitalisasi industri gula di Tanah Air agar lebih produktif dan berdaya saing. Tujuannya agar dapat memenuhi kebutuhan domestik, pabrik gula di dalam negeri saat ini didorong supaya bisa memanfaatkan teknologi modern.

“Kami juga fokus mengakselerasi pembangunan berbagai pabrik gula baru yang terintegrasi dengan perkebunan tebu. Dengan begitu, mereka dapat beroperasi penuh,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita usai mendampingi Presiden Joko Widodo pada acara peresmian pabrik gula PT Prima Alam Gemilang (PAG) di Bombana, Sulawesi Tenggara, melalui siaran pers pada Kamis (22/10).

Baca Juga

Menperin menegaskan, pihaknya mendukung tumbuhnya pabrik gula baru guna memenuhi kebutuhan pasar domestik yang semakin meningkat. Baik itu untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku industri makanan dan minuman.

“Seperti disampaikan Bapak Presiden dalam sambutannya, saat ini kebutuhan komoditas gula di Indonesia mencapai 5,8 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, baru sebanyak 2,1 juta ton yang mampu diproduksi di dalam negeri,” ungkapnya.

Maka diperlukan kebijakan strategis yang dapat menciptakan iklim investasi kondusif di Tanah Air. Guna mencapai sasaran tersebut, perlu adanya fasilitas memperoleh bahan baku demi pembangunan pabrik gula baru maupun perluasan.

“Tujuannya menarik minat investasi, meringankan beban biaya investasi yang besar dan membantu efisiensi operasional pabrik,” ujar Agus.

Dalam hal ini, pihaknya telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 10 Tahun 2017 tentang Fasilitas Memperoleh Bahan Baku Dalam Rangka Pembangunan Industri Gula.

Kemenperin memberikan apresiasi kepada PT PAG Bombana yang telah berinvestasi membangun pabrik gula terintegrasi dengan kebun tebu, serta memanfaatkan otomatisasi pada proses produksinya. Sehingga, diyakini perusahaan bakal meningkatkan produktivitas dan kualitas secara lebih efisien.

Pengerjaan konstruksi pabrik gula yang diresmikan Presiden ini dimulai pada awal 2017 silam dan mulai berproduksi pada Agustus 2020. Kapasitas pengolahan tebu pabrik ini sebanyak 8.000 ton cane per day (TCD), yang mampu ditingkatkan hingga 12.000 TCD. Dengan kapasitas tersebut, pabrik mampu memproduksi gula kristal putih sebanyak 800 hingga 1.200 ton per hari.

PT PAG Bombana akan menjadi pabrik gula dengan jumlah produksi terbesar di Indonesia yang dimiliki oleh pengusaha dalam negeri. Perusahaan ini juga didukung dengan sumber bahan baku area tebu inti plasma sebesar 22.797 hektare.

“Yang patut dibanggakan juga dari investasi ini adalah mereka mampu menyerap ribuan tenaga kerja lokal. Dalam operasionalnya, kebun dan pabrik ini dapat membuka lapangan kerja hingga 15.000 orang,” ungkap Menperin.

Presiden Jokowi juga menegaskan, yang perlu digaris bawahi dari pembangunan sektor industri adalah penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat. Langkah ini dinilai akan dapat mendorong pemulihan ekonomi nasional yang terdampak pandemi Covid-19.

“Di kala situasi ekonomi seperti ini, semua pengusaha pasti wait and see. Namun perusahaan ini berpikir untuk berinvestasi dan membuka usaha baru. Keputusan ini patut kita hargai,” ujarnya.

Disamping itu, pendirian pabrik gula PT PAG Bombana didorong untuk mengurangi impor. Maka bisa memperbanyak devisa negara dan memperkuat neraca transaksi berjalan Indonesia.

Direksi PT PAG Bombana Arif Efendi sebelumnya menyampaikan, pabriknya sudah menggunakan teknologi canggih yang didukung otomatisasi. Hal ini sesuai implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0.

“Dengan begitu, kami mampu menghasilkan produk dengan incumsa di bawah 100 UI dan total Losis di bawah 1.8 pol gula," ujar dia.

PT PAG Bombana bertekad turut berpartisipasi dalam upaya pemerintah mewujudkan swasembada gula dan ketahanan pangan. “Dengan kapasitas produksi yang cukup besar, kami berkomitmen memenuhi kuota gula Indonesia bagian timur dengan harga di bawah HET. Sehingga masyarakat mampu menikmati harga gula yang wajar,” tutur Arif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement