Kamis 22 Oct 2020 06:27 WIB

Pastikan Diri Sehat Sebelum Libur Panjang

Mencuci tangan, gunakan masker, dan menjaga jarak harus terus diingat ketika di luar.

Wisatawan memetik buah naga di Kebun Buah Naga Desa Sumberasri, Purwoharjo Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (17/10/2020). Wisatawan memilih berlibur di kawasan persawahan dan pedesaan yang jauh dari keramaian orang sebagai alternatif wisata edukasi di tengah pandemi COVID-19.
Foto: Antara/Seno
Wisatawan memetik buah naga di Kebun Buah Naga Desa Sumberasri, Purwoharjo Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (17/10/2020). Wisatawan memilih berlibur di kawasan persawahan dan pedesaan yang jauh dari keramaian orang sebagai alternatif wisata edukasi di tengah pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat diminta memastikan dirinya sehat sebelum bepergian saat libur panjang akhir pekan depan. Libur panjang pada 28 Oktober hingga 1 November diprediksi mendorong masyarakat berkunjung ke lokasi wisata atau melakukan perjalanan menuju kampung halaman.

Ketua Departemen Epidemiologi UI, Tri Yunis Miko Wahyono, mengatakan, jika seseorang akan bepergian atau liburan, harus memastikan berada dalam kondisi yang prima. Tujuan berlibur juga harus menjadi pertimbangan, khususnya status zona daerah yang akan dikunjungi.

Tri menjelaskan, jika dari zona hijau maka usahakan tidak bepergian ke daerah zona merah. Jika terpaksa bepergian, harus benar-benar memperhatikan protokol kesehatan agar tetap terjaga dari Covid-19. Keberhati-hatian juga harus dilakukan bagi orang yang berasal dari zona merah.

"Jika Anda berasal dari zona merah, kalau bisa, pastikan Anda sehat. Yakinkan Anda sehat, baru Anda bepergian," kata Tri dalam diskusi virtual, Rabu (21/10).

Tri mengimbau agar masyarakat memahami betul ke mana tujuannya. Jika sudah ditentukan akan pergi ke tempat tertentu, perlu disiapkan apa saja yang dibutuhkan untuk memastikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Mencuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak harus terus diingat ketika di luar.

Sejumlah daerah telah menyiapkan beberapa langkah antisipasi terkait libur panjang akhir pekan depan. Salah satunya, dengan memperketat pelaksanaan protokol pencegahan Covid-19 di lokasi wisata yang diperkirakan akan terjadi pening katan jumlah pengunjung secara signifikan.

Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, kesadaran untuk menerapkan protokol kesehatan menjadi penting dalam mencegah penularan Covid- 19. Dia meminta semua wisatawan yang datang ke Yogya pada akhir pekan depan harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

"Orang pakai masker itu harus punya kesadaran bahwa pakai masker itu sesuatu yang penting untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Itu harus tertanam pada seseorang,"kata Sultan.

Ketaatan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dengan mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak (3M) juga ditekankan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio. Dia meminta, masyarakat terus disiplin di mana pun dan kapan pun saat berlibur.

Surat sehat

Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga, Jawa Tengah, melakukan skrining bagi para pemudik dari luar daerah. Wali Kota Salatiga, Yulianto, mengatakan, pemudik dari luar kota yang akan ke Kota Salatiga diha ruskan membawa surat keterangan sehat atau surat keterangan hasil tes cepat.

"Beberapa waktu lalu, penyebaran dan kasus Covid-19 di Salatiga ada peningkatan, maka kita semua berharap tidak ada penam bahan pasien Covid-19 yang terpapar dari para pemudik," kata dia.

Untuk melakukan pengawasan terhadap para pemudik tersebut, Pemkot Salatiga bakal mengintensifkan peran Gugus Tugas tingkat RW dan RT dalam memantau kedatangan para pemudik asal luar daerah di lingkungan masing-masing.

Di sisi lain, Satgas Penanganan Covid-19 mengimbau masyarakat tidak keluar rumah jika tak ada keperluan yang mendesak saat libur panjang akhir pekan depan. Sebab, mengurangai mobilitas penduduk selama pandemi terbukti efektif menurunkan kasus dan angka kematian akibat Covid-19.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito pun mengutip hasil penelitian oleh Zhouetal (2020) yang menyebutkan bahwa pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 20 persen dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 33 persen serta menunda kemunculan puncak kasus selama dua pekan.

Selanjutnya, pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 40 persen dapat melandaikan kurva kasus Covid-19 sebanyak 66 persen dan menunda kemunculan puncak kasus selama empat pekan. Lebih tinggi lagi, pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 60 persen dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 91 persen dan menunda kemunculan kasus selama 14 pekan.

Selain itu, satu persen pengurangan kunjungan masyarakat ke retail (pusat perbelanjaan) maupun tempat rekreasi juga akan mengurangi 25 kasus dan tiga kematian per pekan. Begitu juga apabila terjadi pengurangan satu persen ke tempat kerja atau work from office, akan mengurangi 18 kasus dan dua kematian mingguan.

"Bisa kita bayangkan berapa banyak nyawa yang bisa kita lindungi dengan pengurangan kunjungan seperti tadi," ujar Wiku. (inas widyanuratikah, silvy dian setiawan, dedy darmawan nasution, bowo pribadi, sapto andika candra ed:mas alamil huda

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement