Rabu 21 Oct 2020 19:30 WIB

Ibu Kota Nigeria Ditutup Menyusul Aksi Demonstrasi Ricuh

Demonstran menyerukan reformasi penegakan hukum dilakukan di Nigeria

Rep: Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Demonstran menyerukan reformasi penegakan hukum dilakukan di Nigeria.
Foto: EPA
Demonstran menyerukan reformasi penegakan hukum dilakukan di Nigeria.

REPUBLIKA.CO.ID, LAGOS — Aksi unjuk rasa yang berakhir ricuh di Ibu Kota Lagos, Nigeria membuat jam malam ditetapkan di wilayah tersebut pada Rabu (21/10). Polisi juga memblokir jalan karena adanya asap yang mengepul dari area tempat tentara dilaporkan menembaki pengunjuk rasa satu hari sebelumnya.

Gubernur Lagos mengatakan sebanyak 30 orang terluka dalam penembakan yang terjadi di sekitar gerbang tol distrik Lekki. Di sana menjadi titik fokus dari aksi protes nasional yang terjadi selama dua pekan, dengan massa yang menyuarakan tuntutan atas dugaan kebrutalan polisi yang sistematik di Nigeria.

Baca Juga

Ada empat saksi mata yang mengatakan tentara telah menembakkan peluru dan sedikitnya dua orang telah ditembak. Dua saksi mata mengatakan lampu dimatikan di gerbang sesaat sebelum penembakan dimulai. Sementara, ada seseorang mengatakan ia melihat tentara memindahkan jenazah.

Dalam unggahan di jejaring sosial Twitter, tentara Nigeria mengatakan tidak ada satu pun personel di lokasi penembakan. Presiden Muhammadu Buhari mengimbau agar seluruh pihak tenang. Ia berkomitmen untuk memberikan keadilan bagi para korban kebrutalan dan melakukan reformasi kepolisian.

Meski demikian, pernyataan Buhari tidak merujuk pada penembakan di sekitar pintu tol Lekki. Pada Rabu (21/10), saksi mata melaporkan polisi telah memasang penghalang di sejumlah area jalan di Lagos dan tidak mengizinkan kendaraan lewat meskipun ada beberapa mobil dan orang-orang berjalan.

Saksi mata juga mengatakan beberapa polisi bersenjata dan mengenakan pelindung tubuh dan banyak yang berpakaian preman. Saksi juga mendengar suara tembakan di daerah Okota dan Ebute Metta di daratan utama Lagos.

Ribuan orang Nigeria telah melakukan unjuk rasa dalam protes yang awalnya berfokus pada unit polisi, Pasukan Anti-Perampokan Khusus (SARS). Selama bertahun-tahun, pasukan khusus itu dituduh oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia telah melakukan pemerasan, pelecehan, penyiksaan, dan pembunuhan.

Unit tersebut resmi dibubarkan pada 11 Oktober lalu. Meski demikian, aksi protes terus berlanjut. Para demonstran menyerukan reformasi penegakan hukum dilakukan di Nigeria.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement