Rabu 21 Oct 2020 19:02 WIB

Pengamat: Kunjungan ke AS Perlihatkan Kegesitan Prabowo

Kinerja Prabowo dan Wahyu Trenggono dinilai sudah cukup baik.

Menhan Austria Klaudia Tanner Menhan RI Letjen (Purn) Prabowo Subianto Djojohadikusumo di Rossauer Kaserne, markas Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Austria, Kota Wina pada Selasa (20/10).
Foto: Bundesheer/Carina Karlovits
Menhan Austria Klaudia Tanner Menhan RI Letjen (Purn) Prabowo Subianto Djojohadikusumo di Rossauer Kaserne, markas Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Austria, Kota Wina pada Selasa (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat militer Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia, Beni Sukadis, berpendapat kinerja Kementerian Pertahanan yang diawaki Prabowo Subianto dan Sakti Wahyu Trenggono sebagai wakil menteri pertahanan, bekerja baik dalam setahun pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Keduanya tampak saling dukung.

"Sejauh ini keduanya bekerja dengan baik dan saling dukung," kata Sukadis, di Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Ia menilai, langkah diplomasi pertahanan yang dijalankan Prabowo sudah cukup baik. Misi yang dibawa adalah meningkatkan kapabilitas militer dan juga peningkatan SDM. Namun, dia menyarankan pengadaan sistem persenjataan harus yang baru, jangan bekas.

"Kunjungan ke AS baru-baru ini menunjukkan kegesitan beliau dalam mendorong kerja sama pertahanan bilateral dengan negara adidaya," kata dia.

Namun demikian, dia menekankan kabar Prabowo mengincar F-35 Lighting IIbuatan Lockheed-Martin, Amerika Serikat, perlu dipertimbangkan lagi."Apakah dia bisa mendapatkan pesawat yang dia inginkan F-35, yang mahal itu. Sementara dengan F-16 Viper yang telah ditawarkan AS pun menurut saya sudah bisa meningkatkan kapabilitas TNI AU," kata Sukadis.

Sementara itu, pengamat militer dari Universitas Padjadjaran, Muradi,memandang, baik Prabowo maupun Trenggono sudah melihatkan bahwa mereka bisa bekerja sama. Salah satunya melalui lumbung pangan nasional, yang dia pandangcukup rumit.

"Saya bertanya juga ke keduanya (Prabowo dan Trenggono), ini kalau diserahkan (secara) normatif, tidak akan bisa beres. Ini harus dikerjakan teman-teman TNI, Kementerian Pertahanan. Jadi, kalau sudah di jalurnya sudah ya, tinggal bagaimana keduanya bisa menjaga ritme," kata Muradi.

Menurut dia, penting menjaga ritme ini karena ada tiga pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.Pertama menata kelola industri pertahananan, kedua menata postur pertahanan dan ketiga kesejahteraan prajurit."Ketiga itu yang saya kira dalam 1 tahun ke depan mungkin sampai 2024 akan mereka fokuskan," kata dia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement