Selasa 20 Oct 2020 22:59 WIB

Rusia Bantah Tuduhan Soal Serangan Sasar Olimpiade Tokyo

Serangan siber Rusia juga diduga telah terjadi saat pembukaan Olimpiade Musim Dingin

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Warga bermasker melintasi Museum Olimpiade di Tokyo, Ahad (23/2).
Foto: AP Photo/Jae C. Hong
Warga bermasker melintasi Museum Olimpiade di Tokyo, Ahad (23/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Rusia membantah tuduhan Inggris dan AS yang menyatakan intelijen militernya telah mengatur serangkaian serangan siber sebagai upaya menyabotase penyelenggaraan Olimpiade 2020 Tokyo.

Kantor Berita Rusia RIA mengutip seorang pejabat di Kedutaan Rusia di AS yang mengatakan bahwa Pemerintah Moskow membantah tuduhan tersebut.

Baca Juga

“Sangat jelas bahwa informasi semacam itu tidaklah benar. Itu hanya ditujukan untuk memicu sentimen anti-Rusia di masyarakat AS dan memicu perburuan terhadap pada peretas,” kata pejabat Rusia itu seperti dikutip Reuters, Selasa.

Pernyataan tersebut muncul sebagai tanggapan ketika pejabat Inggris dan AS pada Senin (19/10) menyatakan unit 74455 dari badan intelijen Rusia GRU, yang merupakan pusat teknologi di Rusia, telah melakukan pengintaian siber terhadap Olimpiade Tokyo yang penyelenggaraannya diundur ke tahun depan itu.

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan serangan siber tersebut merupakan tindakan yang sinis dan sembrono. “Tindakan GRU terhadap Olimpiade dan Paralimpiade sinis dan sembrono. Kami mengecam tindakan mereka,” kata Raab.

Meski begitu, pejabat Inggris tak menjelaskan secara terinci jenis serangan yang dilakukan atau apakah serangannya berhasil. Para peretas itu hanya diyakini tengah menjalankan operasi pengintaian siber terhadap penyelenggara, pengadaan logistik, dan sponsor Olimpiade.

Ini bukan kali pertama tuduhan tersebut mencuat. Serangan siber Rusia juga diduga telah terjadi saat pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2018 di Korea Selatan.

Peretasan terhadap organisasi olahraga itu disebut berkaitan dengan larangan atlet Rusia untuk tampil di kejuaraan olahraga internasional selama empat tahun, termasuk Olimpiade Tokyo, karena skandal doping yang meluas di negaranya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement