Selasa 20 Oct 2020 22:49 WIB

Diskusi Abu Bakar dan Umar bin Khattab Soal Penolak Zakat

Abu Bakar dan Umar bin Khattab sempat berbeda soal penolak zakat.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Abu Bakar dan Umar bin Khattab sempat berbeda soal penolak zakat. Ilustrasi Zakat Fitrah
Foto: dok. Republika
Abu Bakar dan Umar bin Khattab sempat berbeda soal penolak zakat. Ilustrasi Zakat Fitrah

REPUBLIKA.CO.ID, 

 

Baca Juga

 

Pada pemerintahan Abu Bakar as-shiddiq, terjadi pergolakan yang muncul dari para penolak pembayar zakat. Mayoritas kabilah pemberontak merasa, sesudah wafatnya Nabi Muhammad SAW, maka mereka tidak melihat alasan lagi untuk membayar zakat dan mengirimkannya kepada pusat. Keengganan membayar zakat itu beragam alasannya, mulai dari tabiat kikir hingga kelihaian mereka dalam menimbun harta.

Pokok persoalannya, menurut Muhammad Husain Haekal dalam buku Abu Bakr as-Sidiq, para pemberontak ini menganggap zakat identik dengan upeti yang mesti dibayarkan pemuka-pemuka daerah kepada pemerintahan pusat. Maka setelah Nabi Muhammad  wafat, mereka merasa berlepas diri dari otoritas yang mewajibkan mereka menunaikan upeti. 

Mereka menilai, sejak Nabi meninggal dunia, maka upeti tak berlaku lagi dan bisa dibayarkan kepada siapa saja yang mereka pilih sendiri sebagai pemimpin. Mereka menegaskan, tidak akan tunduk kepada Abu Bakar. Di antara kabilah-kabilah yang membangkang itu, terdapat kabilah Abs dan Zubyan yang dekat dengan Madinah. 

Abu Bakar kemudian mengadakan rapat dengan para sahabat besar untuk menentukan langkah-langkah antisipatif. Di sinilah muncul perbedaan sikap antara Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Sosok Umar yang terkenal tegas dalam pertemuan itu menjadi cukup lunak dalam memandang para pemberontak.  

Ia menilai tidak perlu memerangi mereka, tetapi cukup membujuk mereka agar sama-sama bersatu menghadapi musuh bersama. Seperti diketahui, pasukan Romawi di utara sudah dalam kondisi siaga tempur dengan pasukan Islam. Dalam pertemuan ini, Umar bin Khattab didukung mayoritas sahabat lainnya.  

Namun, Abu Bakar berpandangan satu visi dengan minoritas dalam pertemuan ini. Bahkan, ia sampai menyampaikan orasi sebagai berikut, Demi Allah, orang yang keberatan menunaikan zakat kepadaku (sebagai khalifah-Red), yang dulu mereka lakukan kepada Rasulullah, akan kuperangi.  

Abu Bakar berargumen bahwa kewajiban menunaikan zakat merupakan salah satu dari rukun Islam. Tidak sempurna Islam seseorang atau suatu kaum bila menafikan penunaian zakat. Apalagi, tegas Abu Bakar, di dalam Alquran perintah shalat beriringan dengan seruan menunaikan zakat. Tanpa ragu, Abu Bakar menjawab pandangan Umar bin Khattab dan para sahabat di sana, “Demi Allah, aku akan memerangi siapa pun yang memisahkan sholat dengan zakat.” 

Atas respons Abu Bakar ini, Umar berubah pikiran dan menjadi pendukungnya. “Demi Allah, tiada lain yang harus kukatakan. Semoga Allah melapangkan dada Abu Bakar dalam berperang. Aku tahu dia benar,” kata Umar bin Khattab. 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement