Selasa 20 Oct 2020 18:00 WIB

Petani Diimbau Percepat Musim Tanam Rendeng

Keterlambatan tanam pada musim rendeng akan menyebabkan musim tanam gadu mundur

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Gita Amanda
Musim tanam rendeng, (ilustrasi). Petani Indramayu diimbau untuk mempercepat musim tanam rendeng. (ilustrasi).
Foto: dok kementan
Musim tanam rendeng, (ilustrasi). Petani Indramayu diimbau untuk mempercepat musim tanam rendeng. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Para petani di Kabupaten Indramayu diimbau untuk melakukan percepatan musim tanam rendeng (penghujan) 2020/2021. Hal itu menyusul telah mulai turunnya hujan dan sebagai antisipasi kekeringan di musim tanam gadu (kemarau) mendatang.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, Takmid, mengatakan, di musim tanam rendeng ini, luas tanam ditargetkan mencapai 128 ribu hektare. Pihaknya sudah memberikan imbauan percepatan tanam kepada petani sejak beberapa waktu yang lalu.

Salah satunya untuk sawah di daerah-daerah yang mendapat layanan air irigasi dari Perum Jasa Tirta (PJT) II, diimbau untuk memulai proses musim tanam sejak awal Oktober 2020. Pasalnya, air irigasi sudah mulai masuk. Sedangkan untuk daerah-daerah yang mendapat layanan irigasi dari Bendung Rentang, diimbau untuk segera memulai masa tanam pada awal November 2020.

"Tapi dalam percepatan tanam ini, kendalanya ada di petaninya,’’ kata Takmid kepada Republika, Selasa (20/10).

Menurut Takmid, para petani di Kabupaten Indramayu selama ini tak mau memulai musim tanam rendeng jika belum melaksanaan adat istiadat. Seperti misalnya, sedekah bumi yang biasa dilaksanakan di desa-desa.

Padahal, lanjut Takkmid, percepatan musim tanam  sudah sangat memungkinkan untuk dilaksanakan. Apalagi, hujan saat ini sudah mulai sering mengguyur di berbagai daerah.

"Walaupun pasokan air dari irigasi masih sedikit, tapi kan ada air hujan. Sudah bisa untuk memulai proses musim tanam,’’ tutur Takmid.

Takmid mengungkapkan, selain ketersediaan air hujan, percepatan musim tanam rendeng juga dimaksudkan untuk mengantisipasi ancaman kekeringan pada musim tanam gadu mendatang. Pasalnya, keterlambatan tanam pada musim rendeng akan menyebabkan musim tanam gadu menjadi mundur.

Jika musim tanam gadu mundur, maka dikhawatirkan terjadi kekeringan karena sudah masuknya musim kemarau. "Karena itu kami juga sudah mengimbau, jika memang petani akan mengadakan adat istiadat sebelum tanam, maka sebaiknya dipercepat pelaksanaannya. Supaya musim tanam bisa segera dilaksanakan,’’ tukas Takmid.

Terpisah, Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, mengakui, imbauan percepatan musim tanam rendeng memang sudah disampaikan oleh Dinas Pertanian setempat. "Tapi ya memang petani menunggu acara sedekah bumi terlebih dulu untuk memulai musim tanam rendeng,’’ kata Sutatang.

Selain itu, lanjut Sutatang, petani juga enggan untuk segera memulai musim tanam karena melihat pasokan air yang masih sedikit. Mereka akan menunggu curah hujan meningkat terlebih dulu untuk memulai tanam.

Sutatang menambahkan, lahan persawahan di Kabupaten Indramayu saat ini hampir semuanya belum ada yang memulai musim tanam rendeng. Hanya ada sedikit lahan di daerah Kecamatan Bongas yang dilihatnya sudah memulai musim tanam.

"Harusnya petani cepat-cepat memulai tanam. Apalagi musim hujan sekarang kan maju dibandingkan tahun sebelumnya,’’ cetus Sutatang.

Sementara itu, Forecaster Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, menjelaskan, saat ini wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) memang masih berada pada masa pancaroba atau peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan.

Khusus untuk Kabupaten Indramayu, musim hujan diprakirakan mulai November dasarian I. Di masa pancaroba, sudah mulai ada hujan, tapi tidak sering. Jumlah curah hujannya pun kurang dari 150 mm/bulan. Namun, dengan adanya aktifitas La Nina dan MJO (Madden Julian Oscillation) pada saat yang bersamaan, membuat peningkatan curah hujan dengan intensitas lebat dalam periode sepekan kedepan.

"Akibat dari itu (aktifitas La Nina dan MJO), membuat curah hujan lebih banyak dari normalnya,’’ terang Faiz.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement