Selasa 20 Oct 2020 17:31 WIB

Doa Rasulullah agar Hujan Dialihkan, Cocok untuk Jakarta?

Rasulullah SAW berdoa agar hujan dialihkan ke wilayah luar Madinah.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Kendaraan bermotor melintas di Jalan Jenderal Sudirman saat hujan turun di Jakarta, Jumat (16/10/2020).
Foto: ANTARA/Wahyu Putro A
Kendaraan bermotor melintas di Jalan Jenderal Sudirman saat hujan turun di Jakarta, Jumat (16/10/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Saat terjadi kemarau panjang di Madinah, para sahabat mendatangi Nabi Muhammad SAW agar beliau meminta kepada Allah untuk menurunkan hujan. 

Nabi pun berdoa, dan hujan pun turun, namun hujan yang turun terlewat deras. Dalam buku Hadits Shahih tidak Harus Selalu Diamalkan karya Ustadz Ahmad Sarwat dijelaskan, doa Nabi yang dikabulkan itu terbukti dengan turunnya hujan hingga tujuh hari tanpa henti. Maka atas hujan yang deras itu, Kota Madinah pun banjir.

Baca Juga

Sehingga para sahabat mendatangi Nabi SAW sekali lagi untuk meminta beliau berdoa kepada Allah SWT mengatasi banjir itu. Maka Rasulullah SAW berdoa:

اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

 

“Allahumma hawaalaina wa la alaina allahumma ala-aakaami wa az-zhiraabi wa buthunil-adiyati wa manaa-bitu as-syajari.” 

Yang artinya: “Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah. Turunkanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah, dan tempat tumbuhnya pepohonan.” Doa ini berasal dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim (Muttafaqun Alaihi).

Dijelaskan, lafaz doa Nabi ini sangat menarik yang intinya meminta kepada Allah SWT agar tidak menurunkan hujan di tengah Kota Madinah, tetapi hujannya di sekitaran luar Kota Madinah saja. Untuk kasus di masa Nabi dan di daerah Madinah, rasanya doa ini sangat tepat. Namun akan tidak tepat jika doa ini diucapkan warga DKI Jakarta.

Menurut Ustaz Ahmad Sarwat, doa ini tak tepat jika diucapkan warga DKI Jakarta karena jika tidak turun hujan di Jakarta namun di luar kota Jakarta seperti Puncak Bogor dan sekitarnya, maka hanya akan percuma. Air dari Bogor akan mengalir ke daerah yang lebih rendah, ke mana lagi kalau bukan ke Jakarta? Wallahu a’lam

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement