Selasa 20 Oct 2020 00:06 WIB

Doni: Presiden Khawatirkan Libur Panjang Maulid Nabi

Libur panjang akhir Oktober dikhawatirkan bisa memicu lonjakan kasus Covid-19.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Andri Saubani
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Ketua Gugus Tugas Nasional COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo (tengah) dan Menko PMK Muhadjir Effendy di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Rabu (10/6/2020). Presiden mengunjungi Kantor Gugus Tugas Nasional COVID-19 yang berada di BNPB untuk memantau secara langsung penanganan COVID-19 di tanah air.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Ketua Gugus Tugas Nasional COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo (tengah) dan Menko PMK Muhadjir Effendy di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Rabu (10/6/2020). Presiden mengunjungi Kantor Gugus Tugas Nasional COVID-19 yang berada di BNPB untuk memantau secara langsung penanganan COVID-19 di tanah air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah sedang bersiap menghadapi libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW pada akhir Oktober nanti. Libur panjang diprediksi akan mendorong pergerakan warga keluar rumah, menuju tempat wisata atau ruang publik lainnya. Hal ini tentu dikhawatirkan bisa melonjakkan kasus Covid-19, seperti yang pernah terjadi pada momen libur panjang sebelumnya.

"Tadi Bapak Presiden sudah menjelaskan tentang kekhawatiran beliau manakala libur panjang ini tanpa diantispasi dengan baik. Sebagaimana yang telah terjadi pada periode libur panjang yang lalu," kata Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo dalam keterangan pers usai rapat terbatas, Senin (19/10).

Baca Juga

Beberapa kebijakan pun dibuat, seperti imbauan bagi keluarga untuk menghabiskan long weekend di rumah, hingga menggandeng pemerintah daerah memperketat pengawasan di lokasi wisata. Pemda pun diminta berkoordinasi dengan pengelola objek wisata untuk membatasi kapasitas kunjungan. Membludaknya jumlah pengunjung ditakutkan hanya akan membuat kerumunan massa, terlebih tanpa ada jarak antarorang.

Doni juga menyebutkan, bahwa pihaknya telah meminta satgas di daerah untuk mengoptimalkan pelaksanaan protokol kesehatan. Terutama, di lokasi-lokasi wisata. Masyarakat yang keluar rumah tetap diminta untuk mengenakan masker dan menjaga jarak. Pengelola objek wisata pun diminta menyediakan fasilitas cuci tangan.

Pemerintah, imbuh Doni, telah belajar banyak dari lonjakan kasus akibat libur Tahun Baru Islam, Agustus lalu. Libur panjang saat ini dimanfaatkan masyarakat yang sudah jenuh berdiam diri di rumah untuk berwisata. Akibatnya, kerumunan massa pun tak terhindarkan.

"Sehingga kasus positif mengalami peningkatan sejak tanggal 1 September sampai dengan terutama tanggal 29 September yang lalu," kata Doni.

Setelah kenaikan tren penambahan kasus, pemerintah pun segera mengambil tindakan. Doni menyebutkan, pemeriksaan lebih dimasifkan. Kemudian, pemerintah pusat juga menggandeng pemda dan TNI-Polri untuk melakukan sejumlah intervensi di daerah, terutama meningkatkan pengawasan terhadap penerapan protokol kesehatan.

"Hal ini membuat kasus di sejumlah provinsi mengalami penurunan. Beberapa di antaranya mengalami flat. Walaupun ada 2-3 provinsi yang masih angkanya mengalami peningkatan," kata Doni.

Catatan pemerintah, jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia juga semakin menurun dari pekan ke pekan. Persentase kasus aktif per 20 September lalu masih sebesar 23,6 persen. Angkanya turun cukup signifikan, menjadi 17,69 persen pada 18 Oktober atau berselang satu bulan setelahnya.

Angka kesembuhan juga meningkat, dari 72,5 persen pada 20 September menjadi 78,85 persen pada 18 Oktober. Perbaikan juga terlihat dari tingkat kematian yang menurun, dari 3,9 persen pada 20 September lalu menjadi 3,45 persen per 18 Oktober.

Seperti diketahui, Indonesia pernah mengalami lonjakan kasus hingga lebih dari 30 persen pada awal September lalu, sebagai akibat dari libur panjang Tahun Baru Islam pada pertengahan Agustus. Ramainya tempat wisata dan banyaknya warga yang memilih keluar rumah terbukti ampuh menaikkan angka kasus.

"Mengingat kita memiliki pengalaman kemarin, libur panjang pada 1,5 bulan yang lalu, setelah itu terjadi kenaikan yang agak tinggi. Ini perlu kita bicarakan agar kegiatan libur panjang dan cuti bersama ini jangan sampai berdampak pada kenaikan kasus covid," ujar Presiden Jokowi dalam sambutan rapat terbatas, Senin (19/10).

 

Pemerintah, ujar presiden, perlu mempertahankan dan memperbaiki capaian penanganan Covid-19 yang sudah berjalan saat ini. Ia tidak ingin adanya pergerakan manusia dalam jumlah banyak saat long weekend nanti justru kembali menaikkan tren penambahan kasus Covid-19.

Adanya libur panjang pada akhir Oktober nanti pun menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah menetapkan tanggal 28 dan 30 Oktober 2020 (Rabu dan Jumat) sebagai cuti bersama Maulid Nabi Muhammad SAW. Adanya cuti panjang, ditambah dengan PSBB transisi yang sudah mulai berjalan, diperkirakan akan mendorong pergerakan warga ibu kota dan daerah lainnya untuk berwisata atau sekadar keluar rumah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement