Senin 19 Oct 2020 12:28 WIB

Pasien Covid-19 yang Sembuh Perlu Waspadai Gejala Ini

Banyak penyintas akan mengalami komplikasi yang tidak terduga dan berpotensi parah.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Ruam (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Ruam (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus covid-19 saat ini tercatat hampir 40 juta kasus , sekitar 1,12 juta orang meninggal karena penyakit tersebut. Dari banyak kasus COVID-19 aktif yang tercatat, tak sedikit pasien yang pulih hanya dalam beberapa pekan.

Dilansir BGR, apa yang tidak dimuat dalam statistik dan data-data terkiat wabah di seluruh dunia ini adalah banyak orang yang sembuh dari infeski virus akan mengalami komplikasi yang tidak terduga dan berpotensi parah.

Baca Juga

Fenomena itu dikena sebagai Long COVID (COVID-19 yang panjang), versi kronis dari penyakit di mana pasien terus menunjukkan berbagai gejala bahkan setelah terkena virus. Selain itu, beberapa orang berisiko mengembangkan sindrom yang berpotensi mengancam nyawa yang pertama kali terlihat pada anak-anak yang selamat. Semua bisa dimulai dengan gejala yang mungkin tidak Anda anggap sangat serius.

Sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak (MIS-C) yang dikenal pada anak-anak terkait COVID-19 ternyata saat ini terbukti berdampak pada orang dewasa. Bagi orang dewasa, ini disebut sebagai MIS-A. Kedua sindrom sama-sama menakutkan karena dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa yang memerlukan rawat inap dan bahkan perawatan intensif.

Kondisi tersebut dapat muncul tanpa peringatan setelah infeksi virus corona jenis baru sembuh. Terkadang terdapat tanda-tanda bahwa pasien akan mengalami MIS-C atau MIS-A. Salah satu gejala pertama yang mungkin dilihat oleh para penyintas COVID-19 adalah ruam kulit.

COVID-19 terkadang memiliki gejala dermatologis yang tidak biasa, termasuk ruam dan fenomena yang disebut Covid Toe. Namun, ruam baru ini akan muncul setelah penyakit hilang atau penderita dinyatakan sembuh.

Di NYU Langone Health di New York, Amerika Serikat (AS), ada seorang pria berusia 45 tahun yang merawat istrinya karena COVID-19 selama beberapa minggu. Pria ini kemudian memiliki bercak melingkar merah kehitaman di telapak tangan dan telapak kakinya, serta mata menjadi kemerahan dan bibir yang kering, hingga sangat pecah-pecah.

Dokter kulit mungkin lebih cenderung mengamati gejala ini pada pasien, tetapi tidak semua dari mereka akan menghubungkannya dengan MIS-C atau MIS-A. Ruam kulit ini tampaknya menjadi indikator awal dari sindrom pasca-COVID-19 menakutkan yang dialami beberapa orang. Kondisi ini mungkin kurang terdiagnosis pada orang dewasa karena banyak dokter bahkan tidak tahu untuk mencarinya.

Selain ruam, pasien tersebut juga dapat mengalami gejala yang dapat muncul pada COVID-19 serta kondisi lainnya, termasuk demam, nyeri dada, masalah jantung, dan masalah pencernaan. Satu hal terpenting, pasien MIS-A tidak akan menunjukkan gejala utama COVID-19 yang parah, yaitu sesak napas.

Tes PCR COVID-19 mereka akan memberikan hasil negatif, sementara tes antibodi bisa positif, menunjukkan pemulihan baru-baru ini dari infeksi. Para dokter masih belum dapat sepenuhnya menjelaskan apa yang menyebabkan peradangan di dalam tubuh setelah virus corona baru dibersihkan. Namun, MIS-C dan MIS-A keduanya bisa mematikan.

Saat ini, tidak ada jaminan kesembuhan untuk sindrom inflamasi ini pada penderita COVID-19. NBC sebelumnya melaporkan bahwa anak-anak biasanya diobati dengan imunoglobulin intravena, pengobatan antibodi yang tidak ada hubungannya dengan antibodi COVID-19 yang akan disediakan oleh transfer plasma.

Sementara itu, orang dewasa sering diberi steroid dan penghambat interleukin-6 karena mereka sudah mengembangkan antibodi COVID-19. Beberapa dokter yang berbicara dengan NBC berteori bahwa antibodi virus corona yang mungkin menyebabkan MIS-A. Namun, spekulasi adalah untuk saat ini karena tidak ada bukti pasti yang mendukungnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement