Ahad 18 Oct 2020 07:06 WIB

Armenia dan Azerbaijan Umumkan Gencatan Senjata

Gencatan senjata pertama gagal akibat kedua belah pihak saling tuduh serangan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
 Gambar diam yang diambil dari video selebaran yang disediakan oleh Kementerian Luar Negeri Armenia mengklaim menunjukkan puing-puing setelah pertempuran di Stepanakert dari Nagorno-Karabakh, 04 Oktober 2020. Bentrokan bersenjata meletus pada 27 September 2020 dalam konflik teritorial yang membara antara Azerbaijan dan Armenia atas Wilayah Nagorno-Karabakh di sepanjang garis kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri (juga dikenal sebagai Artsakh).
Foto: EPA-EFE/ARMENIAN FOREIGN MINISTRY
Gambar diam yang diambil dari video selebaran yang disediakan oleh Kementerian Luar Negeri Armenia mengklaim menunjukkan puing-puing setelah pertempuran di Stepanakert dari Nagorno-Karabakh, 04 Oktober 2020. Bentrokan bersenjata meletus pada 27 September 2020 dalam konflik teritorial yang membara antara Azerbaijan dan Armenia atas Wilayah Nagorno-Karabakh di sepanjang garis kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri (juga dikenal sebagai Artsakh).

REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN -- Armenia dan Azerbaijan mengatakan telah menyetujui untuk gencatan senjata kemanusiaan baru dalam konflik Nagorno-Karabakh mulai tengah malam pada Sabtu (17/10). Sebelumnya kedua negara itu pernah menyatakan hal sama saat Rusia menjadi penengah penyelesaian masalah pada 10 Oktober.

Kedua negara mengumumkan gencatan senjata dalam pernyataan yang identik. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov telah berbicara dengan mitranya dari Armenia dan Azerbaijan melalui telepon pada Sabtu. Moskow menekankan bahwa gencatan senjata yang dimediasi sepekan yang lalu harus diperhatikan.

Baca Juga

Kementerian Luar Negeri Nagorno-Karabakh mengeluarkan pernyataan yang mengatakan siap mempertahankan gencata senjata. "Menegaskan kembali kesiapannya untuk mempertahankan persyaratan gencatan senjata kemanusiaan secara timbal balik ...," ujarnya merujuk pada pernyataan Moskow pada 10 Oktober dan kesepakatan 17 Oktober.

Armenia berbicara kepada Azerbaijan atas nama Nagorno-Karabakh karena Baku menolak untuk bernegosiasi dengan otoritas wilayah itu. Yerevan mengatakan pasukannya tidak terlibat dalam konflik dan belum menyerang Azerbaijan. Banyak warga Armenia, termasuk putra perdana menteri, menjadi sukarelawan di pasukan Nagorno-Karabakh.

Gencatan senjata pertama gagal akibat kedua belah pihak saling menuduh melakukan serangan baru di Kaukasus Selatan sejak 1990-an. Baku mengatakan 13 warga sipil tewas dan lebih dari 50 lainnya cedera di kota Ganja oleh rudal dari Nagorno-Karabakh. Yerevan menuduh Azerbaijan menembaki daerah-daerah yang berpenduduk di kantong dan mengebom sasaran di Armenia.

Pertempuran itu adalah yang terburuk di wilayah tersebut sejak Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia berperang pada 1990-an di Nagorno-Karabakh. Wilayah itu secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni dan diperintah oleh etnis Armenia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement