Sabtu 17 Oct 2020 19:06 WIB

Azerbaijan dan Armenia Saling Tuduh dalam Serangan di Ganja

Azerbaijan sebut 13 warga sipil terbunuh dalam serangan Armenia di Ganja.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Teguh Firmansyah
Sebuah foto selebaran yang disediakan oleh Kementerian Luar Negeri Azerbaijan mengklaim menunjukkan rumah-rumah yang diduga rusak akibat penembakan baru-baru ini di Ganja, Azerbaijan, 11 Oktober 2020.
Foto: EPA-EFE/AZERBAIJAN FOREIGN MINISTRY PRESS
Sebuah foto selebaran yang disediakan oleh Kementerian Luar Negeri Azerbaijan mengklaim menunjukkan rumah-rumah yang diduga rusak akibat penembakan baru-baru ini di Ganja, Azerbaijan, 11 Oktober 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Azerbaijan mengatakan, 13 warga sipil terbunuh dan 50 orang lainnya terluka karena serangan rudal Armenia di Kota Ganja. Sebaliknya Yerevan menuding Baku terus melancarkan tembakan.

Pada Sabtu, Kantor Kejaksaan Agung Azeri mengatakan sebuah daerah permukiman di Ganja, kota terbesar kedua di negara itu dan bermil-mil jauhnya dari Nagorno-Karabakh, diledakkan oleh serangan rudal. Sekitar 20 gedung apartemen telah dihantam. Armenia membantah klaim tersebut.

Baca Juga

Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menuduh Armenia melakukan kejahatan perang dengan menembaki Ganja. "Mereka akan bertanggung jawab untuk itu. Jika komunitas internasional tidak menghukum Armenia, kami akan melakukannya," kata dia.

Aliyev mengatakan tentara Azeri telah sepenuhnya mengambil alih dua wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh separatis, Fizuli dan Jabrail. "Kami mendominasi medan perang," kata dia, menambahkan bahwa angkatan bersenjata Azeri tidak pernah menargetkan permukiman sipil.

Aliyev juga mempertanyakan kemampuan Armenia untuk terus mengganti perangkat keras militer yang hancur dalam pertempuran---sebuah serangan terselubung yang dialamatkan kepada Moskow, sekutu Yerevan.

Dia menegaskan kembali pendiriannya bahwa Baku hanya akan menghentikan serangannya setelah Armenia menarik diri dari Nagorno-Karabakh.

Di Ganja, fotografer Reuters melaporkan, tim penyelamat bekerja di tempat kejadian pada Sabtu pagi, menggali puing-puing. Beberapa rumah hampir rata dengan tanah. Ekskavator sedang membersihkan puing-puing.

"Kami telah hidup dalam ketakutan selama berhari-hari. Kami sangat menderita. Kami lebih baik mati. Saya berharap kami mati tetapi anak-anak kami akan selamat," kata seorang penduduk kota, Emina Aliyeva (58), kepada wartawan.

Kementerian Pertahanan Armenia membantah klaim Azeri atas penembakan kota-kota di Azerbaijan dan menuduh Baku terus menembaki daerah berpenduduk di dalam Nagorno-Karabakh, termasuk Stepanakert, kota terbesar di kawasan itu.

"Tiga warga sipil terluka akibat tembakan Azeri," kata Kementerian Luar Negeri Armenia.

Seorang juru kamera Reuters di Stepanakert mengatakan dia telah mendengar beberapa ledakan pada Jumat malam (16/10) dan dini hari.

Armenia juga mengatakan beberapa pesawat tanpa awak Azeri terbang di atas permukiman di Armenia, menyerang instalasi militer dan merusak infrastruktur sipil. Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan menyebut serangan itu sebagai "percobaan genosida rakyat Armenia".

"Kita harus membela diri kita sendiri, seperti bangsa mana pun yang terancam pemusnahan," kata dia kepada surat kabar Prancis, Liberation.

Baku mengatakan pada Sabtu bahwa 60 warga sipil Azeri telah tewas dan 270 orang luka-luka sejak pertempuran meletus pada 27 September. Azerbaijan belum mengungkapkan korban militer.

Pertempuran itu adalah yang terburuk di wilayah tersebut sejak Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia berperang pada 1990-an di Nagorno-Karabakh, wilayah pegunungan yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni dan diperintah oleh etnis Armenia.

sumber : Reuters/Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement