Sabtu 17 Oct 2020 15:39 WIB

Atasi Dampak Pandemi, Perkuat Ketahanan Pangan dan Ziswaf

Perlu ubah mindset masyarakat, bahwa makanan pokok tidak hanya beras.

Hidayatullah menggelar webinar ekonomi, pra-Musyawarah Nasional Virtual 5 Hidayatullah, Rabu (14/10). Webinar itu mengupas tema tentang dampak pandemi di bidang ekonomi dan usulan pemecahannya.
Foto: Dok BMH
Hidayatullah menggelar webinar ekonomi, pra-Musyawarah Nasional Virtual 5 Hidayatullah, Rabu (14/10). Webinar itu mengupas tema tentang dampak pandemi di bidang ekonomi dan usulan pemecahannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Krisis multidimensi tengah menerjang dunia, tak terkecuali Indonesia, akibat pandemi  Covid-19  yang masih berlanjut hingga saat ini. 

Sisi yang sangat  terpukul oleh pandemi ini adalah sektor ekonomi yang indikasinya bisa dilihat dari rendahnya daya beli masyarakat, turunnya harga komuditas, serta terjadinya gelombang PHK secara maraton. 

Demikian di antara poin yang dipaparkan oleh Dr  Abdul Mannan  MM, kala mengisi webinar ekonomi, pra-Musyawarah Nasional Virtual 5 Hidayatullah, yang mengangkat tema  "Pandemi Covid 19, Krisis Ekonomi, dan Ketahan Pangan Nasional", Rabu (14/10).

"Tidak hanya lingkup keluarga yang mengalami krisis, tapi juga perusahaan-perusaan besar, seperti otomotif, dan sejenisnya. Banyak yang terguncang kemudian tutup," ungkapnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id. 

Sejalan dengan Abdul Mannan, Dr  Henri Tanjung, wakil Direktur Sekolah Pasca Sarjana UIKA, Bogor, menyodorkan data jumlah orang miskin di Indonesia. 

Kata Henri, merujuk pada hasil laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa jumlah orang miskin per Maret 2020  mencapai  26,42 juta jiwa. Angka ini  sama dengan  9,78 persen dari seluruh penduduk Indonesia. 

"Prediksinya, jumlah itu akan mengalami peningkatan. Bappenas memprediksi jumlah orang miskin akan bertambah 2 juta orang pada tahun 2020, akibat dari pandemi Covid-19," papar Henri. 

Untuk mengantisipasi hal terburuk yang akan terjadi di masa mendatang, terkait masalah krisis, Abdul Mannan merekomendasikan, pentingnya pemerintah dan masyarakat  membangun ketahanan pangan. 

"Kita harus bersyukur, tanah yang kita miliki luas dan subur. Ini harus dioptimalkan dengan cara ditanami makanan-makanan pokok," tegasnya. 

Abdul Mannan kemudian menyitir sebuah hadits shahih, riwayat Bukhari dan Ahmad, tentang anjuran Nabi Muhammad SAW untuk menanam, meskipun sekiranya esok akan terjadi kiamat. 

Hal lain yang harus diubah oleh masyarakat, mindset tentang makanan pokok, itu bukan sekedar nasi. Tapi juga termasuk ubi-ubian. “Hal ini dipandang penting, agar masyarakat tidak memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap beras, karena telah memiliki alternatif lain,” ujarnya. 

Sementara itu, Henri Tanjung menjelaskan akan petingnya menggalakkan zakat, shodaqoh, dan wakaf (Ziswaf) untuk mengatasi ancaman krisis. 

Sebab, ujarnya, inilah salah satu solusi yang diberikan Islam untuk mengentaskan persoalan kemiskinan yang menjerat umat. 

"Di sini dibutuhkan kesadaran orang-orang kaya untuk mengambil peran. Apalagi,  jumlah mereka  cukup besar. Menurut sebuah data, terdapat 231 ribu rekening, yang jumlah nominalnya di atas Rp 2 miliar,"  sebutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement