Sabtu 17 Oct 2020 05:59 WIB

Produksi Beras Bisa Naik Asal Cuaca Mendukung

Percepatan tanam bisa mengamankan produksi beras sebelum La Nina mencapai puncaknya.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja memanen padi menggunakan mesin kecil di persawahan Kasongan, Bantul, Yogyakarta (ilustrasi). Pakar pertanian IPB mengatakan, percepatan tanam bisa mengamankan produksi beras sebelum La Nina mencapai puncaknya.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pekerja memanen padi menggunakan mesin kecil di persawahan Kasongan, Bantul, Yogyakarta (ilustrasi). Pakar pertanian IPB mengatakan, percepatan tanam bisa mengamankan produksi beras sebelum La Nina mencapai puncaknya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan, produksi beras hingga akhir 2020 bisa meningkat sebanyak 310 ribu ton dari posisi tahun lalu. Peningkatan itu didukung oleh meningkatnya luasan panen tahun ini.

Pakar Pertanian IPB University, Hermanto Siregar, mengatakan, proyeksi tersebut sangat mungkin terjadi. Karena ada upaya peningkatan produksi dengan percepatan masa tanam padi pada semester kedua tahun ini.

Baca Juga

Namun, ia mengatakan, peningkatan itu bisa dicapai jika La Nina tidak dalam kondisi ekstrem. "Memang agak sulit membuat proyeksi saat ini karena dinamika perubahan iklim. Tapi saya rasapeningkatan produksi bisa tercapai kalau La Nina tidak terlalu parah," kata Hermanto kepada Republika.co.id, Jumat (16/10).

Ia mengatakan, La Nina pada dasarnya merupakan kondisi dimana curah hujan sangat tinggi sehingga membuat area pertanaman menjadi basah. Tingkah basah yang tinggi bisa menganggu tanaman dalam proses pertumbuhannya. Namun, kata Hermanto, adanya percepatan tanam yang dilakukan pemerintah kemungkinan bisa mengamankan produksi lebih cepat sebelum La Nina mencapai puncaknya.

Sebaliknya, bagi daerah tadah hujan, La Nina bisa membantu area persawahan para petani. "Jadi, yang perlu diantisipasi saat ini adalah banjir. Drainase harus diperhatikan betul agar tidak sampai menggenangi tanaman," kata Hermanto.

Adapun dari sisi harga, ia menilai situasi harga gabah maupun beras selama masa pandemi cenderung stabil. Hanya saja, Bulog diminta untuk tidak kendur dalam melakukan penyerapan hasil panen petani. Terlebih, Bulog baru saja mendapatkan jatah penyaluran bantuan sosial beras sebanyak 450 ribu ton sehingga punya ruang lebih untuk menyerap hasil panen yang baru.

"Bulog akan menjadi kunci karena kalau tidak ada tanda-tanda penyerapan tengkulak yang akan memanfatkan situasi," kata dia.

Sebagaimana diketahui, BPS baru saja merilis proyeksi luas panen dan beras hingga akhir tahun ini. Pada periode Januari-September 2020, total luas panen padi mencapai 9,01 juta hektare (ha). Angka itu turun 2,97 persen dibanding luas panen periode sama tahun lalu sebesar 9,28 juta ha.

Hanya saja, BPS dalam laporannya menekankan, proyeksi beras tersebut tetap perlu memperhatikan peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Di mana, tengah terjadi fenomena La Nina mulai Oktober 2020.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement