Jumat 16 Oct 2020 18:48 WIB

Guru Youtuber

Pengajar diuntungkan karena materi ajar setiap sesi bisa diunggah setiap pekannya.

Erik Hadi Saputra
Foto: dokpri
Erik Hadi Saputra

Erik Hadi Saputra, Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan  Internasional, Universitas Amikom Yogyakarta

 

Pembaca yang kreatif, Rabu (14/10), saya diminta oleh Pak Maman Surakhman, Kepala SMA UII Yogyakarta untuk berbagi inspirasi menjadi guru yang kreatif dan inovatif di masa pandemi Covid-19. Salah satu saran saya adalah sebaiknya guru memiliki channel Youtube dalam memperkuat pembelajaran lewat media digital.

Kita sudah punya modal gmail yang bisa mengaktifkan akun Youtube. Channel Youtube sekarang ini mulai banyak digunakan dalam mengunggah video pembelajaran. Kalau semua guru memiliki akun ini maka akan mempermudah mendokumentasikan materi pembelajaran dalam satu semester.

Selain itu, beberapa hal yang dapat kita jadikan alasan mengapa guru sangat tepat menjadi Youtuber. Pertama, sebagai wadah berekspresi. Kebutuhan tertinggi dalam hirarki kebutuhan Maslow adalah aktualisasi diri. Akun ini salah satu cara untuk mengembangkannya.

Kedua, berbagi ilmu dengan cara yang menyenangkan. Guru bisa membayangkan, jika dari setiap video pembelajaran yang diampunya, para siswa akan semakin banyak memperoleh konten positif dan pengetahuan. Semakin banyak konten pembelajaran, maka semakin banyak siswa memahami pelajaran. Ketiga, membuka potensi income baru dan membangun follower.

Tentunya ini menjadi tambahan penghasilan untuk guru. Dengan penghasilan ini semakin bisa membantu lebih banyak orang lain yang kekurangan secara ekonomi. Poin penting lainnya adalah semakin banyak follower menunjukkan guru semakin dipercaya.

Pembaca yang kreatif, kuncinya ketika Anda memiliki channel Youtube adalah konsistensi. Tantangan Youtuber adalah konten. Pengajar sangat diuntungkan karena materi ajar setiap sesi bisa diunggah setiap pekannya. Sehingga selalu saja ada materi yang bisa dibagikan. Tentunya semakin lama akan semakin banyak dan menarik.

Hal yang diperhatikan lagi adalah mengusahakan mengunggah video secara konsisten. Walaupun pada awalnya itu terasa berat. Teman saya Dr Kusrini, beberapa waktu lalu menunjukkan kepada saya bahwa akun Youtube nya sudah dimonetisasi. Baginya bukan besar-kecilnya nilai dolar yang tertera di akunnya.

Namun bagaimana akunnya bisa memberi manfaat secara keilmuan untuk orang lain. Serta memberikan penguatan (bukti nyata) kepada anak-anaknya bahwa konsisten dan sabar akan membuahkan hasil. Ini menjadi motivasi tersendiri untuk anak-anaknya yang juga memiliki channel Youtube.

Tips lain adalah Anda harus tetap tidak berhenti berkarya. Ketika banyak orang yang memberikan dukungan dan menunggu unggahan dari video berikutnya, maka itu akan membuat kita ingin terus berkarya. Respons positif akan membuat semangat semakin meningkat dan ide baru akan selalu muncul.

Tentunya ini juga akan melatih mental untuk terus maju dan berkomitmen pada passion Anda. Walaupun akan ada saja orang yang tidak menyukai karya Anda. Sewaktu talkshow online di acara bincang sore RRI. Seorang guru bertanya bagaimana menyikapi cibiran karena mengunggah video yang justru tidak didukung oleh teman-teman sendiri dan hanya berkomentar, “Video kayak gitu saja diunggah”.

Pembaca yang kreatif, anda tahu perbedaan orang yang membuat dengan orang yang berkomentar. Anda yang membuat menunjukkan hasil lewat karya dan sementara yang berkomentar tidak menunjukkan apa-apa.

Kalau memang kalimat, “Jika hanya begitu semua orang juga bisa!” maka mengapa mereka tidak membuatnya? Hehe. Kata tim Youtube dalam korespondensi bulanannya, “Teruslah terinspirasi”. Sehat dan sukses selalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement