Sabtu 17 Oct 2020 06:51 WIB

Kunjungan Wisatawan ke Pangandaran Menurun

Dampak dari mulai masuknya anak sekolah ke sektor pariwisata cukup terasa

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Rombongan bus pariwisata bersiap menggelar konvoi di Kawasan Kantor Tourism Information Center (TIC) saat pelepasan konvoi bus di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Sabtu (11/7/2020). Sebanyak 24 bus pariwisata yang tergabung dalam Ikatan Perusahaan Otobus Priangan timur (IPOTI) melakukan konvoi dari Tasikmalaya menuju Pangandaran untuk mempromosikan pariwisata di Jabar setelah memasuki era normal baru dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Foto: Antara/Adeng Bustami
Rombongan bus pariwisata bersiap menggelar konvoi di Kawasan Kantor Tourism Information Center (TIC) saat pelepasan konvoi bus di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Sabtu (11/7/2020). Sebanyak 24 bus pariwisata yang tergabung dalam Ikatan Perusahaan Otobus Priangan timur (IPOTI) melakukan konvoi dari Tasikmalaya menuju Pangandaran untuk mempromosikan pariwisata di Jabar setelah memasuki era normal baru dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN--Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran mencatat penurunan kunjungan wisatawan mengalami penurunan. Penurunan itu terjadi sejak dua pekan belakangan.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran, Untung Saeful Rachman mengatakan, penurunan kunjungan wisatawan itu disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor utamanya adalah, saat ini anak sekolah di beberapa daerah sudah mulai melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah. 

"Turun juga sebenarnya tak terlalu tinggi. Penurunan sekira 15-20 persen dalam dua pekan terakhir. Faktor utama itu karena anak sekolah sudah mulai masuk," kata dia saat dihubungi Republika, Jumat (16/10)

Menurut dia, dampak dari mulai masuknya anak sekolah ke sektor pariwisata di Pangandaran cukup terasa, khususnya untuk kunjungan keluarga. Sebab, wisatawan akan berpikir dua kali untuk berlibur lantaran anaknya sudah masuk sekolah. 

Selain karena anak mulai masuk sekolah, Untung menambahkan, isu potensi gempa bumi megathrust dan tsunami setinggi 20 meter juga ikut berpengaruh pada kunjungan wisatawan. Namun, menurut dia, dampak akan isu megathrust tak terlalu besar. "Kita juga bersama PHRI dan BPBD terus memberikan edukasi agar wisatawan tak takut datang ke Pangandaran," kata dia.

Ia memastikan, saat ini Kabupaten Pangandaran tetap aman untuk dikunjungi wisatawan. Pihaknya juga terus melakukan penguatan mitigasi kebencanaan kepada stakeholder pariwisata di Pangandaran agar tetap aman ketika bencana terjadi.

Sebelumnya, Pjs Bupati Pangandaran, Dani Ramdan mengaku informasi potensi megathrust di selatan Jawa berpengaruh pada kunjungan wisatawan ke wilayahnya. Bahkan, sempat muncul isu Kabupaten Pangandaran ditutup untuk wisatawan karena potensi megathrust.

Namun, ia memastikan wilayahnya tetap terbuka untuk wisatawan. "Potensi (bencana) memang ada, tapi waktunya tak bisa dipastikan. Sekarang ini masih aman," kata dia kepada Republika beberapa hari lalu.

Sementara itu, Sekretaris BPBD Kabupaten Pangandaran, Gunarto mengatakan, untuk mengantisipasi kejadian bencana, pihaknya terus melakukan sosialisasi dan edukasi ke PHRI dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran. Langkah itu dilakukan sebagai upaya mitigasi ketika terjadi bencana.

Ia mengakui, informasi mengenai potensi megathrust di Pangandaran memang sempat membuat resah masyarakat dan wisatawan. Namun, informasi itu pada dasarnya bukan untuk membuat masyarakat takut.

"Itu kejadiannya tak bisa diprediksi waktunya. Namun insyaallah sekarang masih aman. Kita juga terus perkuat mitigasi agar wisatawan merasa aman berkunjung ke Pangandaran," kata dia.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pangandaran juga telah mengaktifkan tempat evakuasi sementara (TES) atau shelter, yang berada di Desa Pangandaran atau dekat Pasar Wisata Pangandaran. Aktivasi shelter itu diharapkan dapat membawa dampak yang baik pada pola dan perilaku masyarakat terhadap penanganan dan penanggulangan bencana di Pangandaran.

Selain digunakan untuk evakuasi sementara ketika terjadi bencana, tempat itu juga akan digunakan untuk berbagai kegiatan kebencanaan, seperti sosialisai dan edukasi, kepada masyarakat untuk mengenal bencana gempa, banjir, kebakaran, longsor, dan lainnya. Bahkan, tempat itu juga bisa digunakan untuk kegiatan sosial, pertemuan, dan olahraga, hingga menjadi objek kunjungan wisata.

Sebagai informasi tambahan, shelter yang dibangun sejak 2016 memiliki tiga lantai dengan ukuran 50x60 meter. Shelter itu bisa menampung sekira 6.000 orang. Gedung itu dibangun oleh Kementerian PUPR dengan anggaran Rp 23 miliar dan baru diserahkan ke Pemkab Pangandaran pada 2019.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement