Jumat 16 Oct 2020 06:43 WIB

Alasan Rasulullah Berdoa Diberi Kemiskinan

Miskin bukan berarti kemelaratan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Alasan Rasulullah Berdoa Diberi Kemiskinan. Ilustrasi Nabi Muhammad SAW
Foto: MGROL100
Alasan Rasulullah Berdoa Diberi Kemiskinan. Ilustrasi Nabi Muhammad SAW

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW pernah berdoa agar Allah melindunginya dari kefakiran, tapi dalam hadits lain dijelaskan Rasulullah juga pernah berdoa agar diberi kehidupan yang miskin. 

Beliau mengatakan, "Wahai Allah hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah Aku dalam keadaan miskin, serta kumpulkanlah aku bersama orang-orang yang miskin pada hari kiamat nanti." Siti Aisyah kemudian bertanya, "Mengapa Anda berdoa demikian wahai Nabi?"

Baca Juga

Nabi menjawab, "Karena orang-orang miskin itu akan masuk surga lebih dahulu daripada orang-orang kaya dengan jarak waktu 40 masa. Wahai Aisyah janganlah kamu menolak orang miskin meskipun dengan memberi separuh buah kurma. Wahai Aisyah cintailah orang-orang miskin dan dekatilah mereka, maka Allah akan mendekatkan kamu pada hari kiamat".

Dikutip dari buku Hadis-Hadis Bermasalah karya Prof KH Ali Mustafa Yaqub, Al-Qutaibiy menuturkan, "Kata miskin dalam hadis itu terambil dari kosa kata al-sukun yang berarti khusyu' dan tawadhu".

 

Jika demikian, maka miskin di situ bukan berarti kemelaratan, melainkan ketenangan, kekhusyu'an dan kerendahan hati. Hanya saja, menurut Kiai Ali Mustafa, boleh jadi dan pada umumnya, mereka yang mendapatkan kekhusyu'an, ketenangan hidup dan kerendahan hati itu adalah orang-orang bawah, wong cilik, alias mereka yang tidak kaya raya.

Seperti para pengikut para nabi itu adalah wong cilik, tapi merekalah yang aktif sholat berjamaah di masjid-masjid. Mereka pada umumnya juga kelompok kelas bawah. Jika demikian halnya, menurut Kiai Ali Mustafa, sangatlah wajar jika Nabi SAW berdoa meminta kemiskinan seperti itu.

Semua orang di dunia mungkin tidak ada yang mau hidup miskin. Semuanya juga berupaya untuk mengentaskan diri dari kemiskinan. Tetapi, Allah memiliki kehendak mutlak.

Dan ternyata penghuni dunia ini tidak dapat terlepas dari kaya dan miskin. Sebagian ada yang kaya dan sebagian lagi ada yang miskin.

Menurut Kiai Ali Mustafa, hal itu sudah merupakan sunnah (aturan) Allah. Jika penghuni dunia ini kaya semua, maka dunia akan hancur, karena tidak ada manusia yang mau bekerja kasar. Demikian pula jika tidak ada orang miskin, dunia ini juga akan hancur, karena tidak ada yang mau menggaji mereka.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement