Kamis 15 Oct 2020 17:46 WIB

Asosiasi: Komoditas Pangan Jangan Hanya Fokus Soal Produksi

Saat ini jenis produk pangan yang dikonsumsi masyarakat sangat beragam.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang berjualan bahan pangan di pasar tradisional. ilustrasi
Foto: kabartop.com
Pedagang berjualan bahan pangan di pasar tradisional. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Indonesia, Bayu Krisnamurthi, menuturkan, pertanian di Indonesia masih dipandang sebatas komoditas pangan sehingga fokus pemerintah hanya pada sisi produksi. Hal itu membuat segala kebijakan bidang pangan dan pertanian yang diterbitkan pemerintah tak pernah menyelesaikan masalah.

"Itu cara pandang yang harusnya ditinggalkan. Pangan sebatas komoditas seolah produksi sama dengan konsumsi," kata Bayu dalam Webinar Center for Indonesian Policu Studies, Kamis (15/10).

Baca Juga

Bayu mengatakan, saat ini jenis produk pangan yang dikonsumsi masyarakat sangat beragam. Oleh karena itu, sektor pangan memberikan dinamika yang cepat dan harus diantisipasi dengan kebijakan yang tepat.

Ia mengatakan, jika pemerintah fokus pada permintaan, tentunya bakal berdampak pada kemajuan sektor pertanian dan kesejahteraan petani. Saat ini, ia mengatakan, fokus pemerintah hanya fokus pada produksi sebuah komoditas.

"Itu membuat harga pangan jadi mahal dan petani tidak sejahtera karena pendekatannya suplai, padahal sekarang harus memperhatikan permintaan," kata dia.

Lebih lanjut, ia juga menyoroti soal keinginan pemerintah untuk melakukan digitalisasi pertanian. Menurut dia, dari riset yang tengah dilakukan Asosiasi Agribisnis Indonesia, petani masih jauh tertinggal dalam hal digital.

Sementara, untuk memproduksi alat dan mesin pertanian yang lebih mutakhir, dibutuhkan investasi riil sebagai produsennya. "Oleh sebab itu, investasi harus ditingkatkan, terutama untuk investasi teknologi karena itu yang dibutuhkan," ujarnya.

Selain itu, investasi pendukung lainnya yang dibutuhkan yakni di bidang logistik dan rantai pasok pertanian. Perlu adanya sumber daya manusia yang mumpuni serta pusat penelitian dan pengembangan yang ditambah. "Ini semua harus dilakukan, tidak bisa tidak," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement