Kamis 15 Oct 2020 14:58 WIB

Kontribusi Pertanian ke Ekspor Nasional Terus Meningkat

Share produk pertanian pada total ekspor nonmigas September tercatat 2,95 persen

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Gita Amanda
Pekerja menyortir bawang putih kualitas ekspor saat pelepasan ekspor bawang putih ke Taiwan, (ilusttrasi).
Foto: Antara/Harviyan Perdana Putra
Pekerja menyortir bawang putih kualitas ekspor saat pelepasan ekspor bawang putih ke Taiwan, (ilusttrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kontribusi sektor pertanian terhadap ekspor nonmigas nasional semakin meningkat. Di sisi lain, peranan sektor pertambangan terus merosot seiring dengan penurunan permintaan dan harga komoditas.

Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, share produk pertanian terhadap total ekspor nonmigas pada September 2020 tercatat mencapai 2,95 persen, naik dari 2,52 persen pada September 2019. "Tentu kita berharap, ekspor pertanian ke depan akan semakin meningkat," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (15/10).

Tren itu tidak terlepas dari pertumbuhan positif ekspor pertanian, meskipun di tengah pandemi. Pada bulan lalu, misalnya, ekspor pertanian mengalami pertumbuhan 16,22 persen secara tahunan menjadi 410 juta dolar AS. Beberapa komoditas yang berperan adalah sarang burung, udang hasil tangkap, cengkeh dan lada hitam.

Kenaikannya lebih tinggi jika dibandingkan Agustus 2020, yaitu hingga 20,84 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan ekspor secara bulanan yaitu sayuran dan buah-buahan tahunan, kopi serta lada.

Sedangkan, pertambangan menjadi satu-satunya sektor yang mengalami kontraksi ekspor secara bulanan dan tahunan sekaligus. Kinerjanya pada bulan lalu yang sebesar 1,33 miliar dolar AS menyusut 4,10 persen dibandingkan Agustus dan menurun hingga 35,97 persen dibandingkan September 2019.

Penyusutan ini menjadi salah satu penyebab penurunan kontribusi pertambangan terhadap ekspor nonmigas nasional. Pada September 2019, peranannya mencapai double digit 14,64 persen yang turun signifikan menjadi hanya 9,49 persen pada September 2020.

Suhariyanto mengatakan, tren itu disebabkan penurunan permintaan beberapa komoditas utama seperti batubara, lignit maupun bijih logam. Selain itu, harga batubara mengalami penurunan cukup dalam. "Dibandingkan tahun lalu, harganya tumbuh negatif 17 persen," ucapnya.

Tren yang kontras antara pertambangan dan pertanian juga terlihat dari ekspor kumulatif. Sepanjang Januari-September 2020, peranan sektor pertanian sebesar 2,40 persen, tumbuh dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu 2,07 persen. Sedangkan, pada periode yang sama, kontribusi pertambangan turun dari 14,83 persen menjadi 12 persen.

Sementara itu, industri pengolahan masih menjadi kontributor terbesar dalam struktur ekspor nonmigas nasional. Peranannya mencapai 82,54 persen pada bulan lalu, naik dibandingkan September 2019, ketika pengolahan berkontribusi 76,95 persen.

Khusus pada September 2020, nilai ekspor industri pengolahan sebesar 11,56 miliar dolar AS. Kinerja tersebut mencatatkan kenaikan 7,37 persen dibandingkan Agustus dan tumbuh 6,61 persen dari September 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement