Kamis 15 Oct 2020 07:47 WIB

Psikolog: Rangkul Mereka yang tak Percaya Covid-19

Mereka yang tak percaya sebaiknya dirangkul untuk diberi pemahaman soal Covid-19.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Liza Marielly Djaprie memantau adanya perilaku sebagian orang yang menganggap Covid-19 hanya bualan. Ia mengimbau, orang yang seperti itu sebaiknya dirangkul untuk diberi pemahaman soal Covid-19.

"Ada cara baik yaitu edukasi yang tepat dengan cara diajak ngobrol, mereka ini hanya ingin didengar pendapatnya," kata Liza dalam webinar Penanganan Covid-19 yang diadakan lembaga survei KedaiKOPI, Rabu (14/10).

Baca Juga

Berdasarkan kajian psikologis, ia menyebut edukasi bahaya Covid-19 mesti dilakukan lewat pendekatan yang tepat. Ia melarang penjatuhan sanksi bagi mereka yang tak percaya Covid-19. Apalagi bentuk sanksinya dengan mempermalukan mereka. "Jangan sanksi yang menjadikan mereka bahan lelucon, misal mereka (orang tak percaya covid) malah mengunggahnya ke media sosial untuk dipermalukan," ujar Liza.

Liza juga menekankan ketidakpedulian mereka pada Covid-19 bisa jadi dilandasi faktor ekonomi. Mereka terdesak memenuhi kebutuhan hidup hingga menghiraukan bahaya Covid-19. "Banyak yang tidak peduli dengan bahaya, karena mereka lapar dan harus memenuhi kebutuhan hidup. Mereka ingin memenuhi kebutuhannya dan keluarganya," ucap Liza.

Diketahui, dalam survei KedaiKOPI didapati 48,7 persen responden menilai PSBB tak efektif. Sedangkan 49,8 persen responden merasa PSBB berjalan efektif. Sisa responden menyatakan tidak tahu.

Survei dilakukan pada 8-10 Oktober 2020 dengan menggunakan telepon (telesurvei) kepada 803 responden yang merupakan pekerja/karyawan kantor di DKI Jakarta. Pemilihan kriteria pekerja kantor dilandaskan alasan mereka memiliki pengetahuan yang relatif sedang sampai tinggi tentang isu nasional dan perekonomian nasional. 

Responden survei berasal dari panel survei Lembaga Survei KedaiKOPI dari Agustus 2018 hingga Agustus 2020 yang berjumlah 5.426 orang, dengan kriteria pekerja kantor di Jakarta dan berusia di atas 17 tahun. Dengan demikian tingkat respon (response rate) telesurvei adalah sebesar 14,8 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement