Rabu 14 Oct 2020 21:43 WIB

Mengapa Generasi Sahabat Hingga Muhammad Al-Fatih Berjaya?

Generasi sahabat Nabi SAW hingga Muhammad Al-Fatih dikenal unggul.

Generasi sahabat Nabi SAW hingga Muhammad Al-Fatih dikenal unggul. Sahabat Nabi SAW(Ilustrasi)
Foto: Dok Republika.co.id
Generasi sahabat Nabi SAW hingga Muhammad Al-Fatih dikenal unggul. Sahabat Nabi SAW(Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam sejarah peradaban Islam, pernah lahir setidaknya tiga generasi gemilang: generasi sahabat Nabi Muhammad SAW, generasi Shalahuddin al-Ayyubi, dan generasi Muhammad al-Fatih.

Generasi ini mampu mengukir sejarah emas peradaban Islam. Mereka memiliki ketangguhan yang luar biasa dalam jiwa dan raga. Generasi-generasi gemilang itu memang lahir dari proses pendidikan.  

Baca Juga

Generasi sahabat dididik langsung oleh guru terbaik, yakni Rasulullah SAW. Rumusan pendidikan Islam ketika itu digambarka Umar bin Khathab RA: "Taaddabu tsumma ta'allamu". Beradablah kalian, kemudian berilmu! Inti pendidikan adalah penanaman adab, akhlak mulia.

Inti pendidikan bukan pengajaran. Tapi, penanaman nilai-nilai kebaikan dan keadilan, yang oleh Prof Syed Muhammad Naquib al-Attas disebut: "inculcation of goodness or justice". 

Ini konsep luar biasa. Pada 637, lima tahun sepeninggal Sang Guru, Rasulullah SAW wafat 632 M, generasi ini sudah membuka peradaban baru di Kota Yerusalem. Mereka berhasil mengalahkan Romawi, yang jumlah pasukannya berkali-kali lipat pasukan Islam. Sebelum wafat, Rasulullah SAW sudah mengangkat Usamah bin Zaid sebagai panglima Perang pada usia 18 tahun. 

Generasi Shalahuddin dilahirkan para ulama semisal Imam al-Ghazali, Syekh Abdul Qadir al-Jillani, dan sebagainya. Generasi ini berhasil membebas kan Kota Yerusalem pada 1187 M. Simaklah lahirnya generasi ini dalam buku "Hakadza Dhahara Jiilu Shalahuddin… " karya pakar pendidikan Dr Majid Irsan al-Kilani. Pola pendidikan pada generasi ini pun mengacu kepada konsep penanaman adab dan peningkatan ilmu, beroros konsep "tazkiyyatun nafs" (pensucian jiwa).  

Sementara itu, generasi Muhammad al-Fatih dilahirkan guru-guru hebat pula, seperti Syekh al-Kurani dan Aaq Syamsuddin. Pola pendidikannya pun sama: penanaman adab dan peningkatan ilmu. Syekh Aaq Syamsuddin adalah seorang ulama ahli tasawwuf, syariah, akhlak, pengobatan, dan sebagainya.

Prestasi gemilang generasi ini adalah membuka Kota Konstantinopel pada 1453 dan membangun satu peradaban yang unggul. Itu karya sebuah generasi. Bukan karya seorang Muhammad al-Fatih, yang naik takhta pada usia 22 tahun.

Dan generasi ini lahir dari sebuah model pendidikan yang tepat, yang berawal pada penanaman adab. Tidak heran jika ulama terkenal Ibn al-Mubarak menyatakan, bahwa porsi adab dalam agama Islam, adalah dua pertiganya (kada al-adabu yakunu tsulutsay al-dini).

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement