Rabu 14 Oct 2020 15:58 WIB

Kinerja Industri Pengolahan Optimistis Tumbuh 5,5 Persen

Dengan pemanfaatan teknologi, industri pengolahan diyakini tumbuh pada 2021.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Sejorang pekerja menjemur dan mengolah ikan teri di pusat industri pengolahan teri di Pulau Pasaran Bandar Lampung, Lampung, Sabtu (22/8). Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis kinerja industri pengolahan bisa tumbuh sekitar 4,7 persen sampai 5,5 persen pada 2021.
Foto: ANTARA/Ardiansyah
Sejorang pekerja menjemur dan mengolah ikan teri di pusat industri pengolahan teri di Pulau Pasaran Bandar Lampung, Lampung, Sabtu (22/8). Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis kinerja industri pengolahan bisa tumbuh sekitar 4,7 persen sampai 5,5 persen pada 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis kinerja industri pengolahan bisa tumbuh sekitar 4,7 persen sampai 5,5 persen pada 2021. Hanya saja, pertumbuhan industri tersebut diprediksi menurun tahun ini.

"Industri pengolahan hingga akhir 2020 diprediksi minus 0,5 sampai 2,4 persen. Namun kita optimistis pada 2021," ujarnya dalam konferensi pers virtual Startup4Industry, Rabu (14/10).

Pemerintah, lanjutnya, juga telah menetapkan target program subtitusi impor sebesar 35 persen sampai 2022. "Jadi bagaimana kami capai target subtitusi impor itu dalam rangka akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) akibat pandemi," jelas dia. 

Salah satu kuncinya, kata dia, yakni pemanfaatan teknologi. Di antaranya melalui startup sebagai penyedia industri. 

"Tepat menekan dampak pandemi melalui pemanfaatan teknologi. Pemerintah juga telah menetapkan kebijakan pemulihan ekonomi nasional guna melindungi dan mempertahankan ekonomi masyarakat," tuturnya. 

Melalui program Startup4Industry, kata Agus, teknologi bisa dipromosikan sekaligus disosialisasikan ke sektor industri. "Diharapkan tidak hanya sentuh sektor produk saja tapi juga bisa sentuh kemudahan teknologi itu sendiri," ujar dia. 

Menurutnya, kebutuhan inovasi digital dan industri akan terus meningkat. Terutama pada masa adaptasi baru seperti sekarang yang mengharuskan adanya pembatasan sosial. 

"Jadi seluruh sendi ekonomi, cepat atau lambat sangat membutuhkan dan memanfaatkan teknologi. Telah disampaikan Presiden Jokowi, pandemi ini momentum kita sebagai bangsa melakukan rebooting untuk menata ulang industri kita," jelas Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement